Brand Fashion Asal Bandung Ubah Strategi Kala Pandemi Covid

Pandemi Covid-19 sepanjang 2020, berpengaruh signifikan terhadap bisnis.

Istimewa
Industri Fashion terimbas pandemi Covid 19.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Pelaku usaha di sektor industri fashion, banyak yang terimbas pandemi Covid-19. Mereka pun dituntut segera beradaptasi sekaligus mengubah strategi agar bisa menjaga kinerja bisnisnya tetap baik. 

Menurut Pemilik Brand Fashion Motzint Original Gilang Permana Kencana (26 tahun), dengan perusahaan sehat, maka bisa menghindari pengangguran baru akibat pemutusan kerja pegawai. Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir sepanjang tahun 2020, kata dia, berpengaruh signifikan terhadap bisnis yang sudah dibangun dari tahun 2014.

“Tahun lalu toko offline terpaksa tutup. Penjualan ke luar kota nggak jalan. Reseller juga sama kondisinya, nggak bisa menjual barang,” ujar Gilang kepada wartawan, Jumat (22/1).

Gilang mengatakan, hampir memutus kerja beberapa pegawainya untuk menjaga keuangan perusahaan. Namun, niatnya itu tidak terlaksana setelah mengubah beberapa kebijakan.

Menurutnya, jika dulu ia fokus mengandalkan penjualan Motzint secara offline di toko, sekarang ia menjaring ceruk pendapatan melalui daring (online) memanfaatkan beberapa marketplace, seperti Shopee. Lambat laun, setelah menjalani proses di tengah pandemi, Motzint bisa bertahan bahkan meningkat dari sisi penjualan.

“Tadinya mau PHK, tapi pegawai kan punya keluarga juga. Kasihan. Makanya saya coba pelajari bisnis di online, marketplace dan lain-lain. Alhamdulillah ada hasilnya, saya juga ga merumahkan atau memberlakukan PHK kepada pegawai,” paparnya. 

Pegawai di toko Motzint, kata dia, dialihkan untuk menjaga pembelian secara daring. Ada 15 orang yang bertugas di bagian ini. Mereka pun bertugas menjaga sekitar 500 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Di bagian produksi, dia menambah pegawai di antaranya 40 penjahit baju, celana, hingga jaket. “Dari menjelang akhir tahun kemarin, penjualan konsisten di angka 10 ribu barang terjual,” kata pria yang dulu berkuliah di STIE Tridharma itu.

Capaiannya ini, kata Gilang, membuat dirinya yakin bahwa industri fashion masih bisa berkembang meski di tengah situasi pandemi. Gilang pun berharap banyak pengusaha khususnya anak muda bisa memiliki optimisme serupa.

 

Dari pengalamannya, kata dia, ada sejumlah hal yang menjadi kunci dalam beradaptasi. Beberapa di antaranya adalah menguasai ekosistem daring yang memiliki pasar lebih luas. 

Selain itu, pelajari sistemnya, karena harus dipikirkan biaya iklan untuk promosi, konten dan lain sebagainya. Kemudian, tentukan target market dan harus tahu selera pasar dan perbanyak relasi. Poin terakhir, khusus anak muda kalu bisa harus punya mentor yang punya pengalaman.

“Ya saya optimistis lah industri kreatif, industri fashion tetap bisa berkembang,” katanya.

Saat ini, kata dia, pemerintah sedang mendorong pelaku UMKM berkembang dengan berbagai program termasuk bantuan modal.

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, banyak masyarakat berinovasi melakukan kegiatan ekonomi. Secara langsung hal tersebut membuka peluang kerja.

“Banyak (kegiatan ekonomi yang terbentuk). Rekrutmen tenaga kerja bisa tetap dilakukan karena ternyata usaha mereka bagus, order ada terus,” katanya.

 

“Pada dasarnya kami memberikan apresiasi dan memberikan semangat bagi masyarakat yang tetap optimistis dan terus berinovasi di tengah pandemi,” imbuhnya. 

 
Berita Terpopuler