Joe Biden akan Bicarakan Nuklir Iran dengan Mitra Asing

Joe Biden menyebut AS akan patuhi perjanjian nuklir jika Iran juga melakukannya

EPA/Pool/Saul Loeb
Presiden terpilih Joe Biden mengucapkan didampingi istrinya Jill, mengucapkan sumpah untuk menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat, Washington, Rabu (20/1).
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat berusaha memperpanjang dan memperkuat kendala terhadap nuklir di Iran melalui diplomasi dan masalah tersebut akan menjadi bagian dari pembicaraan awal Presiden Joe Biden dengan mitra dan sekutu asing. Hal itu diungkap juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.

Baca Juga

Biden telah menyatakan bahwa jika Teheran melanjutkan kepatuhan secara ketat pada perjanjian nuklir 2015, yang mengatur bahwa Iran menahan program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi, Washington juga akan melakukannya.

"Presiden telah menjelaskan bahwa dia percaya bahwa melalui diplomasi lanjutan, Amerika Serikat berusaha untuk memperpanjang dan memperkuat pembatasan nuklir di Iran serta mengatasi masalah lain yang menjadi perhatian. Iran harus melanjutkan kepatuhan terhadap kesepakatan itu," kata Psaki dalam sebuah pengarahan.

"Kami berharap bahwa beberapa percakapan sebelumnya dengan mitra asing dan pemimpin asing akan dilakukan dengan mitra dan sekutu," kata Psaki.

 

Mantan Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Sebagai balasan, Iran telah secara bertahap melanggar pembatasan-pembatasanutama, membangun cadangan uranium yang dikembangkannya, memperkaya uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi,, dan memasang sentrifugal dengan cara yang dilarang oleh kesepakatan tersebut.

Pada Selasa (19/1), calon menteri luar negeri pilihan Biden, Antony Blinken, mengatakan Washington tidak harus cepat-cepat memutuskan apakah AS akan bergabung kembali ke dalam kesepakatan nuklir.

Biden perlu melihat dulu apa yang sebenarnya dilakukan Iran untuk melanjutkan langkah kepatuhan pada pakta tersebut.

 
Berita Terpopuler