CIPS: Fluktuasi Harga Pangan Sudah Harus Diwaspadai

Kenaikan harga di beberapa komoditas pangan dipicu oleh peningkatan jumlah permintaan

kabartop.com
Pasar Tradisional
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan, pemerintah harus mewaspadai fluktuasi harga pangan yang berlangsung sejak akhir tahun lalu, terutama pada komoditas pokok. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan komoditas pangan di pasar untuk membuat harganya terjangkau, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Baca Juga

Ia menuturkan, berdasarkan pengamatan CIPS, data bulan Desember 2020 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan harga di beberapa komoditas tertentu. "Kenaikan terjadi pada komoditas beras. Sedangkan penurunan harga terjadi pada komoditas daging sapi, telur, dan bawang merah," kata Felippa dalam keterangan resminya, Rabu (20/1).  

Ia mengatakan, mengacu pada laporan BPS, fluktuasi harga komoditas pada bulan Desember menyebabkan inflasi pada bulan Desember sebesar 0,45 persen secara bulanan. Lebih lanjut, BPS juga menuturkan, inflasi pada bulan ini utamanya disebabkan karena kenaikan cabai merah yang menyumbang 0,12 persen dan telur ayam ras sebesar 0,06 persen.

Felippa menjelaskan, kenaikan harga di beberapa komoditas ini dipicu peningkatan jumlah permintaan yang disebabkan  Natal dan tahun baru. Sedangkan penurunan harga di beberapa komoditas lainnya disebabkan masuknya masa panen di sejumlah sentra produksi di akhir tahun.

Harga daging sapi berada di posisi Rp 143.985 per kg, cukup stabil tinggi menjelang perayaan Natal dan tahun baru. Tingginya harga daging sapi juga turut menyumbang inflasi pada bulan Desember.

 

Namun, karena stok daging sapi menjelang perayaan Natal dan tahun baru dikatakan surplus sebanyak 131 ribu ton sampai akhir Desember, maka tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan harga melonjak.  Hampir serupa dengan daging sapi, harga telur masih cukup tinggi menjelang akhir Desember 2020, yakni Rp 40.528 per kg.

Salah satu hal yang disebut menyebabkan tingginya harga telur menurut Kementerian Pertanian (Kementan) dan Asosiasi Peternak Layer Nasional karena adanya lonjakan permintaan konsumsi telur sejak masa pandemi, hingga mencapai 4 kg per kapita.

"Tingginya permintaan ini, tidak dibarengi pasokan telur yang cukup sehingga berdampak pada masih tingginya harga telur di pasaran," ujarnya.

Penurunan suplai tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan Kementan untuk membantu peternak yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Dirjen PKH No.09246T/SE/PK/230./F/08/2020 tentang Pengurangan DOC FS Melalui Cutting HE Umur 18 Hari, Penyesuaian Setting HE dan Afkir Dini PS Tahun 2020.

Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga daging ayam yang anjlok. Selain itu, tidak dipungkiri proses produksi juga terpengaruh oleh cuaca buruk. Harga pakan ternak pun naik sehingga turut mempengaruhi harga produksi telur.

Lebih lanjut, harga beras mengalami peningkatan tipis dari angka Rp 12.500 per kg di bulan November menjadi Rp 12.587 per kg pada bulan Desember. Kenaikan sebesar 0,7 persen ini disebut BPS karena berkurangnya pasokan panen.

 

Jika dibandingkan kota-kota besar di negara tetangga, harga beras di Jakarta berada di urutan kedua terendah di antara kota-kota seperti Kuala Lumpur, Manila, Singapura, dan Bangkok. Kuala Lumpur menjadi kota yang memiliki rata-rata harga beras termurah yaitu Rp 9.036 per kg. Meskipun begitu, lanjut Felippa, selisih harga beras di Jakarta dengan Kuala Lumpur cukup jauh, yaitu Rp 3.551.

Sementara itu, bawang merah justru mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tercatat, harga bawang merah pada Desember berada di angka Rp 65.906 per kg, turun 4,4 persen dibanding dengan harga di bulan November yang mencapai Rp 68.966 per kg.

Badan Ketahanan Pangan melaporkan bahwa turunnya harga bawang merah disebabkan karena adanya masa panen yang relatif serentak di sejumlah daerah penghasil bawang merah.

Hal ini, kata dia, membuat stok bawang merah menjadi melimpah. Meskipun begitu, harga bawang merah di Jakarta tetap menjadi yang termahal di bandingkan dengan beberapa kota-kota di di kawasan Asia Tenggara, bahkan hampir mencapai dua kali lipat dari harga di Kuala Lumpur, yang berada di angka Rp 34.075 per kg. Sementara itu, beberapa kota lainnya seperti Manila, Singapura, dan Bangkok berada di kisaran Rp 53 ribu-Rp Rp58 ribu per kg.

“Sangat penting bagi pemerintah untuk memperhatikan pergerakan harga sebagai salah satu indikator ketersediaan komoditas pangan di pasar. Harga yang terjangkau akan sangat membantu masyarakat, terutama di masa pandemi, untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan gizinya. Upaya untuk terus meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri juga harus diupayakan terus menerus bersamaan dengan menjaga kelancaran rantai distribusi,” katanya.

 
Berita Terpopuler