Iran Jatuhkan Sanksi pada Donald Trump dan Mike Pompeo

Individu yang terkena sanksi tidak diizinkan masuk ke Iran.

AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pejabat dan mantan pejabat Amerika Serikat (AS) pada Selasa (19/1). Presiden Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo termasuk di dalamnya.

Baca Juga

Selain Trump dan Pompeo, Iran turut menjatuhkan sanksi pada Plt Menteri Pertahanan AS Christopher Miller, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Direktur CIA Gina Haspel, Perwakilan Khusus AS untuk Iran dan Venezuela Elliot Abrams, dan Kepala Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) Andrea Gacki.

Mantan penasihat keamanan nasional Trump John Bolton, mantan utusan AS untuk Iran Brian Hook, dan mantan Menteri Pertahanan Mark Esper juga dikenai sanksi. Menurut juru bicara Kemlu Iran Saeed Khatibzadeh, sanksi dijatuhkan karena mereka dianggap mendukung tindakan teror terhadap Iran. Termasuk, dalam pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds Qassem Soleimani dan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh. 

Sanksi terhadap pejabat AS terkait didasarkan UU yang disetujui parlemen Iran pada 2017. UU itu dimaksudkan untuk "menghadapi pelanggaran hak asasi manusia Amerika dan tindakan petualang serta teroris di wilayah tersebut".

 

Menurut UU tersebut, individu yang terkena sanksi tidak diizinkan masuk ke Iran. Aset apa pun yang mereka miliki di Iran bakal disita. Rekening bank mereka di negara itu pun akan dibekukan.

Departemen Luar Negeri AS telah mengetahui sanksi pada beberapa pejabat dan mantan pejabat di pemerintahan Trump. "Ini aksi politik transparan oleh Pemerintah Iran yang tidak pantas mendapatkan tanggapan yang substansial," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS saat dimintai tanggapan oleh media Al Arabiya.

Iran memiliki hubungan cukup sengit dengan AS di bawah pemerintahan Trump. Hal itu bermula saat Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018. Menurut dia, JCPOA adalah kesepakatan terburuk dalam sejarah karena tidak turut mengatur program rudal balistik Iran dan perannya di kawasan. Sejak mundur dari perjanjian itu, AS kembali menjatuhkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Iran.

Trump kemudian meminta JCPOA direvisi dengan imbalan pencabutan sanksi, tapi Iran dengan tegas menolak. Presiden terpilih AS Joe Biden, telah mengutarakan keinginannya membawa AS bergabung kembali dengan JCPOA. Dia menyebut hal itu menjadi salah satu prioritas pemerintahannya yang akan datang.

Iran pun sangat mengecam Trump karena memerintahkan pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Dia tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari tahun lalu. Soleimani dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra intelijen di kawasan. 

 
Berita Terpopuler