Vaksinasi Bergulir, Inggris Ingin Longgarkan Lockdown Maret

Inggris telah memberlakukan lockdown sejak 5 Januari.

EPA-EFE/JON ROWLEY
Stadion Ashton Gate menjadi lokasi pusat vaksinasi Covid-19 di Bristol, Inggris. Pemerintah Inggris telah mengumumkan bahwa pusat vaksinasi massal akan mulai beroperasi mulai 11 Januari di London, Newcastle, Manchester, Birmingham, Bristol, Surrey, dan Stevenage.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris berharap dapat memenuhi target untuk meluncurkan vaksin Covid-19. Seiring dengan adanya program vaksinasi massal, Inggris mempertimbangkan untuk mengurangi lockdown pada Maret, kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab, Ahad (17/1).

Inggris kini memiliki angka kematian Covid-19 tertinggi di Eropa. Karantina nasional telah diberlakukan sejak 5 Januari hingga sekolah ditutup untuk sebagian besar siswa, bisnis yang tidak penting ditutup untuk umum, dan orang-orang diperintahkan untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan.

"Apa yang kami ingin lakukan adalah keluar dari penguncian nasional ini secepat mungkin," kata Raab kepada televisi Sky News.

"Pada awal musim semi, semoga pada bulan Maret, kami akan berada dalam posisi untuk membuat keputusan itu. Saya pikir tepat untuk mengatakan kami tidak akan melakukan semuanya dalam satu dentuman besar. Saat kami menghapus penutupan nasional, saya pikir kami akan berakhir dengan penahapan melalui pendekatan berjenjang."

Perdana Menteri Boris Johnson telah menetapkan target untuk memvaksinasi orang tua, termasuk penghuni panti jompo, pekerja yang secara klinis rentan dan garis depan pada pertengahan Februari. Targetnya, sekitar lebih dari 13 juta orang menerima vaksin Covid-19.

Jika semuanya berjalan lancar, Johnson mengatakan bahwa Inggris dapat mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan penguncian sejak saat itu. Surat kabar Sunday Times mengatakan para, menteri Inggris telah mencapai kesepakatan untuk menyetujui rencana tiga poin yang dapat menyebabkan beberapa pembatasan penguncian dicabut secepat awal Maret.

"Daerah akan diberlakukan pembatasan setelah tingkat kematian mereka turun, jumlah masuk rumah sakit turun, dan beberapa orang berusia antara 50 dan 70 divaksinasi," kata surat kabar itu.

Baca Juga

The Sunday Times mengutip para menteri kabinet yang mengatakan bahwa mereka siap untuk menahan tekanan dari penasihat kesehatan untuk menunda perubahan sampai kebanyakan orang divaksinasi. Program vaksinasi diperkirakan akan memakan waktu setidaknya hingga musim panas.

"Untuk pertama kalinya, tidak ada perpecahan yang signifikan antara elang (yang mencemaskan dampak ekonomi) dan merpati (yang cemas akan ledakan penularan corona) di kabinet," kata seorang sumber kabinet kepada surat kabar itu.

"Semua orang menerima bahwa kami perlu mengunci secara ketat dan semua orang menerima bahwa kami perlu terbuka sebelum semua orang divaksinasi."

Seorang juru bicara di kantor Johnson menolak mengomentari laporan tersebut.

 
Berita Terpopuler