Keistimewaan Meninggal Dunia di Madinah

Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafaatnya.

Republika/Angga Indrawan
Keistimewaan Meninggal Dunia di Madinah. Suasana di sekitar Masjid Quba di Kota Madinah.
Rep: Ali Yusuf Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua aktivitas ibadah di Tanah Suci di Madinah al-Munawarah dilipatgandakan. Selain ibadah, yang diistimewakam, meninggal (wafat) di Madinah juga istimewa karena Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafaatnya.

Baca Juga

"Siapa saja yang wafat di kota Madinah, maka hendaknya dia wafat di kota itu. Sungguh aku memberikan syafaat bagi orang yang wafat di sana," (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Abu Thalhah Muhammad Yunus Abdussttar dalam kitabnya Kaifa Tastafidumi min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim Ahwal an-Nabi fi al-Hajj yang dialihbahasakan menjadi Haji, Jalan-Jalan atau Ibadah oleh  Nashirul Haq dan Fatkhurozibahwa Ath-Thibi menjelaskan sabda Rasulullah.

"Siapa saja yang mampu wafat di kota Madinah, maka hendaknya dia wafat di sana (Madinah)."

Jadi setiap manusia diperintahkan agar wafat di Madinah. Akan tetapi, hal itu bukan berarti kematian berada di bawah kendali manusia.

Kematian adalah urusan Allah akan tetapi Rasulullah diperintahkan untuk mengupayakan hal itu dan memerintahkan untuk tinggal di sana serta tidak meninggalkan kota itu hingga wafat. Allah menyebutkan akibat padahal yang diinginkan adalah penyebabnya.

 

Hal itu seperti firman Allah dalam surat Al Imran ayat 102 yang artinya, "Janganlah kalian wafat selain dalam keadaan Muslim berserah diri."

Dalam kitab Wafa Al Wafa, as-Samhudi berkata, secara umum, anjuran untuk wafat di sebuah kota seperti Madinah tidak pernah diberikan kepada kota-kota lainnya. Menetap di Madinah dapat mengantarkan seseorang wafat di kota tersebut.

Oleh karena itu, menetap di Madinah menjadi sesuatu yang disuka. "Ini merupakan keistimewaan kota Madinah dibandingkan dengan kota lainnya," kata Abu Thalhah Muhammad.

Ia melanjutkan, memilih untuk menetap di kota Madinah seperti yang kita ketahui, adalah pilihan yang diambil oleh kaum Salaf. Tidak diragukan bahwa menetap di Madinah pada masa Rasulullah masih hidup pasti lebih istimewa, sesuai dengan kesepakatan para ulama. Kemudian, keistimewaan dilanjutkan setelah beliau wafat.

 

Abu Talhah berkata, "Seseorang yang tidak berada dan tinggal di kota Madinah, padahal dia mampu dan mungkin melakukannya, ia akan merugi dan tidak mendapat rahmat. Kota Madinah merupakan sumber cahaya ajaran Islam."

 
Berita Terpopuler