Perubahan Lidah Mulai Muncul Sebagai Gejala Baru Covid-19

Masyarakat diminta mewaspadai 'Covid tongue' karena kasusnya semakin meningkat.

Twitter
Orang yang positif Covid-19 makin banyak yang mengeluhkan gangguan pada lidahnya.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan pada lidah telah diidentifikasi sebagai gejala Covid-19 yang mulai banyak dialami sebagian penderita infeksi wabah global itu. Sebuah foto yang menunjukan penderita mengalami “Covid tongue” turut diunggah Profesor Tim Spector melalui media sosial Twitter, dikutip The Sun, Jumat (15/1).

Prof Spector, seorang ahli epidemiologi di King's College London (KCL) yang mengepalai studi Covid-19 Symptom Study App itu mengatakan penderita yang mengalami gejala pada lidah ini juga biasanya melaporkan keluhan sariawan. Spector mengingatkan masyarakat tetap waspada terhadap 'Covid tongue' karena kasusnya semakin meningkat.

Baca Juga


"Satu dari lima orang dengan Covid masih hadir dengan gejala yang kurang umum yang tidak masuk dalam daftar resmi PHE (Kesehatan Masyarakat Inggris), seperti ruam kulit. Melihat peningkatan jumlah virus Covid dan sariawan yang aneh,” tulis Spector.

Gabriel Scally, seorang dokter kesehatan masyarakat dan presiden epidemiologi kesehatan masyarakat di Royal Society of Medicine, juga mengatakan, gejala di mulut ini telah dijelaskan selama beberapa waktu. Dia mengatakan, Covid-19 memang sangat rumit untuk diobati karena menghasilkan efek dalam berbagai sistem tubuh.

Prof Scally menyebutkan nama medis untuk pembengkakan akut pada lidah tersebut sebagai bagian dari suatu sindrom "glossitis". Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan warna pada lidah.

“Bisa juga dikenal atau lebih populer sebagai 'lidah stroberi' atau 'lidah raspberry' dalam kasus ini. Itu dapat terjadi dalam berbagai kondisi,” katanya.

Perubahan pada lidah, termasuk nyeri, perubahan warna, bengkak, atau tekstur aneh, terkadang disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya. Tetapi, itu juga bisa disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk, merokok, atau pola makan yang tidak sehat. Lidah putih atau "berbulu" juga sering kali disebabkan oleh lapisan kotoran, bakteri, dan sel mati.

Kondisi tersebut bisa menjadi tanda peringatan kesehatan, seperti dikarenakan sariawan mulut. Sariawan sangat umum dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk makanan atau minuman panas, obat-obatan, stres, perubahan hormon, atau kekurangan vitamin.

KCL telah menemukan beberapa gejala yang tidak ada dalam daftar resmi NHS, beberapa di antaranya jarang terjadi. Tim tersebut mengklaim bahwa satu dari lima orang (21 persen) dengan hasil tes positif mengalami ruam kulit.

Salah satu perubahan kulit yang paling aneh telah dijuluki "Covid toes". Ruam kulit membuat pasien menderita benjolan kemerahan dan keunguan pada jari tangan atau kaki, yang mungkin terasa sakit tetapi biasanya tidak gatal.

Ini lebih sering terjadi pada orang berusia lebih muda dan cenderung muncul di kemudian hari, serta dapat berlangsung selama beberapa pekan. Menurut data, ruam mungkin muncul sebelum, selama atau setelah munculnya gejala Covid lainnya dan terkadang berminggu-minggu kemudian.

Prof Spector memperingatkan jika mengalami gejala yang aneh atau bahkan hanya sakit kepala dan kelelahan, sebisa mungkin tetap berada di rumah.  Aplikasi Covid Symptom Study, yang dikembangkan oleh ZOE dan digunakan oleh KCL untuk penelitian, bisa dimanfaatkan untuk melaporkan keluhan. Aplikasi ini telah digunakan oleh jutaan orang di Inggris Raya.

Pengguna dapat melaporkan jika mereka memiliki gejala virus corona atau telah diuji penyakitnya. Ini membantu para peneliti mengidentifikasi gejala yang umum pada orang yang memiliki hasil tes Covid positif, serta melacak ukuran wabah. Aplikasi menemukan gejala yang paling sering dialami orang dewasa antara lain, kelelahan (87 persen), sakit kepala (72 persen), kehilangan penciuman (60 persen), batuk terus-menerus (54 persen) dan sakit tenggorokan (49 persen).

Sebelumnya Prof Spector juga menjadi pelopor agar gejala "hilangnya rasa dan bau" ditambahkan ke dalam daftar gejala NHS. Pada akhirnya gejala tersebut ditambahkan pada bulan Mei 2020, namun Prof Spector mengeklaim ada ribuan kasus virus yang terlewatkan sebagai akibatnya.

NHS menyatakan, jika penderita infeksi Covid-19 mengalami batuk terus-menerus, suhu tinggi, atau kehilangan rasa dan bau, maka harus menjalani tes Covid-19 dan mengisolasi diri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan sakit dan nyeri, sakit tenggorokan, diare, konjungtivitis, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, ruam pada kulit, dan perubahan warna pada jari tangan atau kaki sebagai gejala yang kurang umum dari virus corona.

 
Berita Terpopuler