Mendag: Indonesia Siap Hadapi Tuntutan Uni Eropa

Uni Eropa melaporkan Indonesia ke WTO terkait sengketa nikel.

flickr
WTO. Uni Eropa melaporkan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss, terkait kasus sengketa nikel (DS 592).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan, Indonesia akan menghadapi tuntutan dari Uni Eropa. Uni Eropa melaporkan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss, terkait kasus sengketa nikel (DS 592).

Baca Juga

“Kemarin sore sekitar jam 3 atau jam 4 menjelang tutup kantor, di Kantor Jenewa, kita mendapatkan notifikasi dari Uni Eropa. Mereka akan terus jalan proses sengketa di WTO,” kata Lutfi dalam konferensi pers yang digelar secara virtual pada Jumat (15/1).

Uni Eropa, kata dia, menganggap aturan atau undang-undang (UU) tentang mineral dan batu bara (minerba) di Indonesia menyulitkan. "Dianggap sulitkan mereka untuk bisa kompetitif dalam industri baja dan bahan baku stainless steel. Setelah kita pelajari, impor nikel Uni Eropa ke Indonesia kecil sekali," jelasnya.

Maka, ia menegaskan, Indonesia sebagai negara demokrasi dan menjunjung tinggi hukum akan melayani tuntutan tersebut. Hanya saja, Lutfi menyayangkan masalah sengketa ini berlanjut.

“Sebenarnya, kita bisa bicarakan dan kita bisa mengirim ahli-ahli Indonesia agar menciptakan nilai tambah. Jadi, kita berkomitmen bukan saja untuk menciptakan perdamaian dunia, tapi kita juga berkomitmen menciptakan kesejahteraan rakyat dunia,” tutur dia.

 

 

Lutfi menyebutkan, Indonesia dan Uni Eropa tengah mempunyai dua permasalahan. Pertama, DS 592 terkait masalah nikel, lalu kedua, Indonesia juga tengah menggugat Uni Eropa terkait diskriminasi sawit melalui aturan Renewable Energy Directive II (RED II) dengan nomor gugatan DS 593.

Maka, pada saat bersamaan Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga mengundang Uni Eropa berbicara tentang produktivitas. Kata Lutfi, kementerian tidak keberatan membantu Uni Eropa melakukan negosiasi-negosiasi.

“Mungkin dalam negosiasi perjanjian perdagangan yang sedang berlangsung untuk membantu produktivitas dari produk-produk Eropa. Apakah itu dalam minyak nabati atau stainless steel,” ujar Mendag.

Dia menyatakan, siap membantu Uni Eropa terkait permasalahan nikel. Mendag pun akan berbicara dengan menteri perindustrian guna mengirim ahli-ahli dari Indonesia.

 
Berita Terpopuler