CDC: 59 Persen Kasus Covid-19 Berasal dari OTG

Sebanyak 35 persen orang menulari orang lain sebelum mereka bergejala

ANTARA/ Fakhri Hermansyah
Tes usap atau swab test Covid-19. Mengendalikan pandemi Covid-19 benar-benar membutuhkan pengendalian penularan dari orang-orang tanpa gejala.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari separuh kasus Covid-19 ditularkan dari orang yang tidak memiliki gejala apa pun. Klaim ini didasari model yang dikembangkan oleh para peneliti Pusat Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat .

Sekitar 59 persen penularan berasal dari orang-orang tanpa gejala, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan pada Kamis lalu di JAMA Network Open. Ini termasuk 35 persen dari orang yang menulari orang lain sebelum mereka menunjukkan gejala dan 24 persen dari orang yang tidak pernah menunjukkan gejala apa pun.

"Intinya adalah mengendalikan pandemi Covid-19 benar-benar akan membutuhkan pengendalian penularan dari orang-orang tanpa gejala," kata Jay Butler sebagai penulis studi dan wakil direktur CDC untuk penyakit menular, dilansir dari WebMD pada Rabu (13/1).

Baca Juga

Butler menyampaikan, pihaknya menguji dan mengisolasi orang dengan gejala tidak akan mengendalikan penyebaran pandemi yang sedang berlangsung. Ia menekankan pentingnya penggunaan masker, kebersihan tangan, jarak sosial, dan pengujian strategis orang yang tidak sakit.

Butler menegaskan langkah di atas semakin penting dengan varian baru yang menular di seluruh dunia. Temuan itu sekarang sangat penting.

"Kami tak menganggapnya remeh," kata Butler.

Tim peneliti membuat model matematika untuk menganalisis berbagai skenario, seperti menggeser waktu puncak penularan. Secara konsisten, model tersebut memperkirakan bahwa penularan tanpa gejala menyumbang setidaknya setengah dari kasus Covid-19.

Meski begitu, tim peneliti mencatat bahwa penularan Covid-19 terbilang kompleks dan dapat bervariasi karena berbagai alasan. Lingkungan, misalnya, dapat mengubah apakah penularan tanpa gejala lebih lazim. Orang-orang yang berada di fasilitas perawatan dalam jangka panjang mungkin menghadapi risiko lebih tinggi tertular virus atau menularkannya ke orang lain.

"Dengan tidak adanya penggunaan terapi atau vaksin yang efektif dan meluas yang dapat memperpendek atau menghilangkan infektivitas, pengendalian SARS-CoV-2 yang berhasil tidak dapat hanya bergantung pada identifikasi dan isolasi kasus gejala. Bahkan jika diterapkan secara efektif, strategi ini tidak akan cukup," ucap Butler.

 
Berita Terpopuler