Regulator China akan Tarik Data Kredit Konsumen Fintech

Penarikan data konsumen ini untuk mencegah penipuan.

Bank Sentral Cina. ilustrasi
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Pemerintah China berencana mendorong raksasa teknologi untuk membagikan data pinjaman konsumen guna mencegah kelebihan pinjaman dan penipuan. Termasuk di antaranya adalah Ant Group, Tencent dan JD.com. Rencana ini disampaikan dua orang yang mengetahui permasalahan tersebut.

Baca Juga

Apabila diterapkan, rencana pemerintah China akan secara efektif mengakhiri pendekatan laissez-faire (menentang intervensi pemerintah dalam urusan bisnis) terhadap industri digital. Platform internet besar diketahui cenderung menolak untuk menyerahkan data mereka yang merupakan aset penting dalam menjalankan operasional, mengelola risiko dan memikat pelanggan baru.

Regulator China, termasuk bank sentral, berencana menginstruksikan platform internet untuk memberikan data pinjaman mereka yang besar ke beberapa lembaga kredit nasional.

Seperti dilansir di Reuters, Senin (11/1) lembaga kredit yang dijalankan atau didukung oleh bank sentral China (PBOC) akan membagikan data lebih luas dengan bank dan pemberi pinjaman lain. Menurut salah seorang sumber, tujuannya untuk mengevaluasi risiko secara optimal dan mencegah pinjaman berlebihan.

Sampai saat ini, Ant dan Tencent menolak berkomentar. JD.com dan PBOC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

 

 

 

Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, rincian proposal regulasi untuk memasukkan Tencent dan JD.com dalam pengaturan berbagi data pinjaman belum dilaporkan.

Rencana tersebut menambah daftar kebijakan baru pemerintah China dalam mempertajam pengawasan para raksasa teknologi dan mengendalikan mereka, terutama di sektor keuangan. Perubahan ini diketahui telah membantu membatalkan pencatatan saham perdana (IPO) raksasa financial technology (fintech) Ant senilai 37 miliar dolar AS pada November.

Sejak itu, regulator telah meluncurkan penyelidikan antitrust ke mantan perusahaan induk Ant, Alibaba.

Rencana peraturan terbaru untuk perusahaan internet juga muncul ketika Beijing semakin waspada terhadap kontrol risiko yang semakin longgar di bank. Khususnya bank-bank yang berskala lebih kecil.

Regulator menilai mereka terlalu relaks dalam hal pinjaman konsumen dan ketergantungan mereka terlalu berlebihan terhadap platform, seperti Ant, untuk menemukan pelanggan.

"Bank-bank kecil umumnya berada dalam posisi lebih lemah ketika bermitra dengan raksasa seperti Ant. Mereka sangat bergantung pada data Ant untuk menjamin pinjaman dan mengelola risiko," kata salah satu regulator senior yang menolak disebutkan namanya.

 

Ketika default (debitur tidak mampu membayar hutang kepada kreditor), bank-bank kecil harus menanggung sebagian besar kerugian. Oleh karena itu, regulator tersebut menekankan, sangat penting bagi pemberi pinjaman untuk memiliki akses lebih banyak terhadap data kredit komprehensif dan terperinci tentang debitur.

Upaya peraturan baru regulator kemungkinan akan mengurangi skala dan profitabilitas bisnis kredit perusahaan besar fintech. Sebab, basis data mereka adalah komoditas yang mendatangkan banyak keuntungan ketika dijual ke bank.

Melalui aplikasinya, Alipay, Ant mengumpulkan data lebih dari 1 miliar orang. Banyak di antaranya adalah pengguna muda tanpa kartu kredit atau catatan kredit yang memadai di perbankan, serta 80 juta pedagang.

Ant menjalankan Sesame Credit, salah satu platform pemeringkat kredit swasta terbesar di China. Mereka memiliki algoritma dan metodologi eksklusif yang menilai orang dan bisnis kecil berdasarkan penggunaan layanan terkait Ant.

Perusahaan menawarkan informasi peminjam terbatas kepada 100 bank dan menarik ‘biaya layanan teknologi’. Menurut perkiraan para analis, pemotongannya rata-rata 30-40 persen dari bunga pinjaman yang difasilitasi.

 

 
Berita Terpopuler