Pemulung Viral yang Ditemukan Risma Warga Bandar Lampung

Kastubi mengaku hidup sebatang kara di Jakarta.

Republika/Uji Sukma Medianti
Pemulung yang ditemukan Mensos Tri Rismaharini, Kastubi (69 tahun), berada di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pemulung Pangudi Luhur, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Rep: Uji Sukma Medianti Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Uji Sukma Medianti

Kastubi (69 tahun) adalah salah satu pemulung yang ditemui Menteri Sosial Tri Rismaharini di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (4/1) lalu. Sosok pria berambut putih itu viral hingga menjadi perbincangan hangat di sosial media (medsos) lantaran dituduh warganet sebagi penjual poster Sukarno di Manggarai, Jakarta Selatan.

Isu tersebut semakin liar berkembang hingga ada sesosok pria yang bertempat tinggal di Jalan Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan yang mengaku sebagai orang yang ditemui Risma, yakni Nursaman. Jika tidak jeli, memang wajah Kastubi bisa disangka mirip dengan Nursaman, yang memang warga yang memiliki rumah Manggarai.

Adapun, Kastubi setelah terjading Risma, langsung dibawa ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pemulung (BRSEGP) Pangudi Luhur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Selama di BRSEGP, Kastubi tdak bisa keluar ke mana-mana.

Pada Kamis (7/1), Republika melihat Kastubi sudah mencukur rambutnya ketika Risma mendatangi BRSEGP. Republika pada Jumat (8/1) yang meliput kunjungan Risma juga melihat Kustubi berada di BRSEGP.

Dia pun bercerita awal mula pertemuannya dengan mantan wali kota Surabaya itu hingga digiring ke Bekasi. Menurut penuturan Kastubi, pada hari, saat bertemu Risma, ia hendak tidur saat pagi hari.

“Pagi-pagi saya mau tidur. Ibu Risma di situ (Pasar Baru). Terus dia ngomong sama temennya ke rumah. Ternyata rumahnya di sini (Balai Rehabilitasi),” tutur Kastubi saat diwawancarai, kemarin.

Kastubi sehari-harinya bekerja sebagai pemulung di wilayah Pasar Baru. Dia merupakan pria asal Bandar Lampung, Provinsi Lampung, dan tinggal sebatang kara di Ibu Kota. “Saya asli dari Bandar Lampung, di Jakarta sendiri,” terangnya.

Dia mengaku, tak ingin pulang ke kampung halamannya. Pasalnya, Kastubi merasa sudah cukup menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Ya di sini saja mulung. Mulung cukup untuk kehidupan,” kata Kastubi.

BACA JUGA: Kontak Terakhir Sriwijaya Air Tujuan Jakarta-Pontianak Pukul 14.40 WIB

 

Biasanya, lanjut dia, penghasilan yang didapatkan dari memulung berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per hari. Kadang, Kustubi melanjutkan, ada orang yang dermawan datang dan memberikan uang. “Kalau kita lagi bawa karung gini datang orang orang dermawan bawa mobil ngasih Rp 20 ribu kadang Rp 50 ribu,” jelas Kustubi.

Meski memiliki penghasilan yang tak seberapa, namun ia merasa senang dengan aktivitasnya. Kustubi merasa lebih nyaman mengais rezeki sebagai pemulung daripada harus dikurung di balai rehabilitasi.

“Kita terang-terangan saja. Biasa bebas, saya di sini walaupun makan dikasih apa dikasih ini, tapi otak jadi beku (tak bisa ke mana-mana). Biasa jalan kemana-mana, ada aktivitas. Ini enggak ada aktivitas. Tidur bangun gitu saja,” tuturnya.

Kustubi pun berpesan kepada Risma untuk dapat menjalankan tugas dengan bagus. “Pesan saya kalau tugas, tugas lah yang bagus. Kalau orang dikurung-kurung begini kurang bebas, kemerdekaan itu hilang. Biasa di jalan sih ya. Biasa di jalan menimbang (sampah) dapat Rp 12 ribu atau Rp 8 ribu tetapi merdeka,” tutur Kustubi.

 
Berita Terpopuler