Karena Bahagia, Kita Bisa Meraih Sukses

Contoh kecil membuat pekerja bahagia adalah menyediakan makanan gratis.

Google
Membuat pekerja bahagia, menjadi kunci sukses sebuah perusahaan untuk maju. (Foto ilustrasi bahagia)
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M. Ilham Akbar, Strategic Team Forum Human Capital Indonesia

“Happy employees equal happy customers”. Begitulah kalimat terkenal yang diungkapkan oleh Sir Richard Branson, seorang Founder dari perusahaan Virgin Group, kepada Inc. Magazine pada sesi wawancara eksklusif tahun 2014.

Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan membuat pekerja merasa bahagia menjadi prioritas utama Virgin Group sebelum fokus kepada pelanggan. Hal ini bertujuan agar mereka selalu dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

Ia juga menjelaskan dampak apabila pekerja merasa tidak bahagia dalam bekerja, mereka akan sulit tersenyum bahkan sulit bekerja maksimal. Kondisi seperti ini membuat perusahaan menghadapi risiko kehilangan banyak pelanggan atas pelayanan buruk yang diberikan.

Kebahagiaan pekerja juga dinilai dapat mempengaruhi produktivitas. Berdasarkan penelitian sekelompok ekonom University of Warwick tahun 2015 tentang “Happiness and Productivity”, ditemukan Pekerja yang merasa bahagia mampu bekerja 12 persen lebih produktif. Sedangkan Pekerja yang merasa tidak bahagia, bekerja 10 persen kurang produktif.

Berbagai penelitian pun menemukan manfaat lain yang dapat diraih perusahaan jika Pekerjanya merasa bahagia dalam bekerja. Mulai dari mengungguli persaingan bisnis, menghasilkan penjualan yang lebih besar, hingga kenaikan saham perusahaan yang lebih tinggi.

Namun ketika kebahagiaan pekerja menjadi faktor penting dalam meraih kesuksesan, perusahaan di Indonesia justru menghadapi tantangan di mana tingkat kebahagiaan pekerja turun selama pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan JobStreet Indonesia bulan Agustus 2020 tentang “Covid-19 Job Report”, sebesar 89 persen Pekerja merasa bahagia sebelum pandemi Covid-19. Dan setelah pandemi berlangsung, tingkat kebahagiaan Pekerja turun menjadi hanya 49 persen.

Bukan tanpa alasan, mereka mulai mengkhawatirkan banyak hal yang bisa saja terjadi ke depannya. Seperti risiko penularan Covid-19, kesulitan dalam mencapai target, remunerasi yang akan diperoleh, pengembangan karier, penggunaan jatah cuti, jaminan status pekerjaan, dan sebagainya.

Perusahaan harus segera merespon persoalan ini dengan cepat. Jika tidak, ketidakbahagiaan yang mereka rasakan akan berdampak pada penurunan produktivitas dan secara bertahap mengancam keberlangsungan bisnis perusahaan.

Setidaknya penulis menemukan 3 (tiga) hal yang dapat diterapkan perusahaan untuk mempertahankan tingkat kebahagiaan pekerja selama bekerja di tengah pandemi Covid-19. Pertama, free snacks. Setiap perusahaan dapat menyediakan makanan dan minuman ringan secara gratis untuk pekerjanya. Tidak perlu mahal dan mewah, cukup dengan makanan dan minuman yang segar dan menyehatkan seperti kopi, teh, buah-buahan, salad, kue kering, dan sebagainya.

Berdasarkan studi Peapod.com bekerja sama dengan lembaga ORC International bulan Agustus 2015 tentang “The Happiest U.S. Office Workers Get Free Snacks”, ditemukan semula Pekerja yang merasa sangat bahagia sebesar 56 persen naik menjadi 67 persen setelah mendapat akses makanan atau snacks gratis dari perusahaan. Kedua, good communication.

Setiap perusahaan dituntut untuk berkomunikasi secara rutin dengan Pekerjanya selama mereka bekerja di tengah pandemi Covid-19. Pemberian arahan dan ekspektasi yang jelas serta merespon segala kebutuhan pekerja dapat membuat mereka bahagia karena perusahaan benar-benar mengutamakan keselamatan dalam bekerja.

Berdasarkan studi Qualtrics bekerja sama dengan SAP dan Mind Share Partners bulan April 2020 tentang “The Other Covid-19 Crisis: Mental Health”, sebesar 91,5 persen pekerja menginginkan komunikasi dengan perusahaan secara rutin minimal satu kali dalam sepekan terkait situasi pandemi Covid-19.

Ketiga, employee assistance program. Setiap perusahaan dapat menyediakan layanan konsultasi pribadi kepada pekerja dengan menghadirkan psikolog profesional. Mereka dapat berkonsultasi secara langsung mengenai permasalahan yang sedang dihadapi di lingkungan kerja maupun di kehidupan pribadi.

Berdasarkan laporan International Employee Assistance Professionals Association (EAPA) bulan Agustus 2020 tentang “Workplace Outcome Suite (WOS) Annual Report 2020”, ditemukan semula pekerja yang merasa tidak bahagia sebesar 37 persen turun menjadi 16 persen setelah mengikuti employee assistance program.

Pada dasarnya, masih banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam mempertahankan tingkat kebahagiaan Pekerja di tengah pandemi Covid-19. Seperti penerapan flexible work dan penggunaan teknologi digital sebagaimana yang telah dijelaskan penulis dalam tulisannya yang berjudul “Cara Efektif Agar Bisnis Perusahaan Tetap Berputar”.

Tahun 2020 baru saja berlalu, pandemi Covid-19 pun masih berlangsung. Kita tidak bisa berharap situasi ini akan kembali normal ke era sebelum Covid-19.

Setiap perusahaan harus segera mengambil berbagai langkah inisiatif agar dapat bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi. Salah satunya dalam mempertahankan tingkat kebahagiaan pekerja.

Forum Human Capital Indonesia (FHCI) terus mendukung upaya-upaya pemerintah dalam melakukan penanganan Covid-19. Kami turut berkontribusi dalam mengirimkan sejumlah relawan non-medis ke RSDC Kemayoran dan relawan medis ke RSPP Extension Modular Simprug.

Pada tahun 2020, sebanyak 1.463 relawan telah kami kirim untuk bertugas di kedua rumah sakit tersebut. Jumlah ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat. Kami mengajak kepada seluruh masyarakat untuk selalu disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan serta menerapkan pola hidup yang sehat sebagai upaya dalam wujudkan Indonesia sehat.

 
Berita Terpopuler