IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini

IMF memproyeksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,8 persen pada tahun ini

pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 4,8 persen. Semula, melalui laporan World Economic Outlook (WEO) pada Oktober, IMF masih memperhitungkan ekonomi dapat tumbuh di level 6,1 persen.

Baca Juga

Revisi ke bawah itu dikarenakan ketidakpastian seputar prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibandingkan biasanya, terutama terkait vaksinasi. Apabila vaksinasi dilakukan lebih awal secara meluas akan membantu mendorong ekonomi. Tapi, jika ditunda, dapat menyebabkan pandemi lebih berlarut sehingga menjadi risiko yang memperlambat ekonomi,

"Dampak keuangan secara makro dari pandemi dan kemerosotan ekonomi bisa lebih besar dari yang diperkirakan. Selain itu, perbaikan kondisi kredit juga akan lambat," ucap Mission Chief IMF untuk Indonesia, Thomas Helbling dalam diskusi virtual mengenai perekonomian Indonesia untuk Konsultasi Article IV pada 25 November-11 Desember 2020.

Pemulihan ekonomi akan semakin terakselerasi pada 2022 dengan pertumbuhan di level enam persen. Pemulihan dipimpin oleh berbagai dukungan kebijakan yang kuat. Di antaranya, rencana distribusi vaksin Covid-19 serta peningkatan ekonomi global dan kondisi keuangan.

Untuk mengamankan pemulihan yang sedang berlangsung, IMF menekankan, dukungan kebijakan secara memadai akan sangat penting. Bauran kebijakan ekonomi makro akomodatif yang diproyeksikan kembali diberlakukan pada tahun ini pun dapat mendukung pemulihan.

Untuk jangka menengah, IMF menilai, pemulihan kerangka kebijakan ekonomi makro secara bertahap telah dilakukan secara tepat. Misalnya, menargetkan defisit anggaran kembali ke level tiga persen pada 2023. Strategi fiskal terperinci yang didukung beberapa upaya peningkatan pendapatan akan membantu dalam menjaga keseimbangan fiskal.

 

 

Helbling menyebutkan, Indonesia telah merespon dampak sosial ekonomi akibat pandemi dengan paket kebijakan yang berani, komprehensif dan terkoordinasi. "Intervensi kebijakan yang tepat waktu juga telah membantu menjaga stabilitas keuangan makro dan eksternal di tengah tekanan pasar global," katanya.

Dari sisi moneter, Helbling menambahkan, kombinasi antara suku bunga kebijakan lebih rendah dengan pembelian obligasi pemerintah oleh Bank Indonesia (BI) merupakan langkah tepat dalam suasana luar biasa saat ini.

Helbling mengatakan, sistem perbankan akan tetap stabil berkat intervensi kebijakan yang berani dan tepat waktu. Otoritas juga sedang mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan, terutama untuk pembiayaan UMKM.

Beberapa langkah tersebut dapat dilengkapi dengan kebijakan tambahan yang ditargetkan apabila kredit agregat tidak pulih seperti ekspektasi.

IMF pun memberikan catatan terhadap Omnibus Law sektor keuangan. Regulasi ini diharapkan akan menjawab tantangan regulasi dan memberikan landasan hukum untuk pendalaman keuangan lebih lanjut yang melengkapi inisiatif lain seperti blueprint pendalaman pasar uang BI.

"Blueprint tentang sistem pembayaran yang berorientasi digital akan membantu meningkatkan transmisi kebijakan moneter serta inklusi ekonomi dan keuangan," kata Helbling.

 
Berita Terpopuler