Pangan Laut di Gresik Terancam Mikroplastik

Terdapat tiga bahan berbahaya dalam mikroplastik yang menyebabkan problem reproduksi.

EPA/ALEX HOFFORD
[Ilustrasi] Dua fragmen mikroplastik biru, kemungkinan berasal dari alat tangkap yang dibuang.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Sebagai wilayah pesisir dan muara sungai Bengawan Solo, Gresik memiliki potensi perikanan luar biasa. Namun saat ini pangan laut di wilayah tersebut terancam terpapar mikroplastik.

Peneliti mikroplastik dari Ecoton, Eka Chlara Budiarti mengatakan, timbunan sampah plastik acap terlihat tak terurus di sepanjang aliran Bengawan Solo. Pada musim hujan, sampah-sampah ini akan terbawa ke muara dan mencemari pesisir utara Gresik. "Jika tak dikendalikan plastik akan terdegradasi menjadi mikroplastik dan mencemari ikan, kerang dan udang, mengancam keamanan pangan laut (seafood) yang dihasilkan Gresik," kata Chlara saat dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (6/1).

Chlara mengatakan, terdapat tiga bahan berbahaya dalam mikroplastik yang menyebabkan problem reproduksi. Lebih tepatnya berupa penurunan kualitas sperma manusia dan menapouse dini. Untuk itu, alumnus Kimia Undip ini menyarankan, masyarakat agar mengurangi konsumsi pangan laut yang terkontaminasi mikroplastik.

Menurut Chlara, pencemaran sampah plastik dan temuan Ecoton adanya mikroplastik akan mengkontaminasi pangan laut dan mengancam kesehatan konsumen. Terlebih, setidaknya 52 persen sampah yang ada di lautan merupakan jenis plastik. Rinciannya, sampah popok bayi 21 persen, tas kresek 16 persen, bungkus plastik lima persen, botol plastik satu persen, dan plastik lainya seperti styrofoam, tali, senar mencapai sembilan persen.

"Dan dampaknya plastik-plastik ini bisa menjadi santapan bagi biota-biota laut yang menganggap plastik sebagai makanan mereka," jelasnya.

Penelitian Trash Control Community (TCC) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada Juli sampai Agustus lalu mengungkapkan, distribusi mikroplastik dalam ikan dan udang di Bengawan Solo. Ada delapan jenis ikan dan dua jenis udang yang diamati di sepanjang Bengawan Solo dari Sembayat, Legowo, Tajungsari, Sidayu dan Ujungpangkah. Hasilnya menunjukkan semua contoh ikan dan udang terkontaminasi mikroplastik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ikan wader dan ikan karang laut memiliki kandungan mikroplastik tertinggi mencapai 30 sampai 52 partikel per individu. Udang windu dan udang jerbung mengandung 13 hingga 16 partikel/individu lebih besar dibandingkan ikan gabus, bambangan, kerapu, bilis dan ikan payus. Saat ini ikan-ikan tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kecil di bawah lima milimeter (mm) hingga satu mm. Serpihan ini berasal dari degradasi plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, tali rafia, senar jaring, botol plastik , dan bahan pembungkus makanan serta minuman. "Sumber lainnya berasal dari butiran-butiran mikro (mikrobeads) yang ada dalam pasta gigi, shampo, sabun lulur dan kosmetik," katanya.

Chlara menegaskan, mikroplastik mengandung tiga bahan bahaya dalam proses pembuatannya. Bahan tersebut antara lain Bisphenol A (BPA) dalam bungkus makanan berfungsi agar plastik keras. Kemudian Alkylphenols yang digunakan dalam berbagai aplikasi penghilang lemak (degreasers), pengemulsi (emulsifiers), kosmetik, dan produk-produk perawatan tubuh. Lalu bahan Phthalates yang merupakan senyawa aditif pembuat plastik menjadi fleksibel.

Menurut Chlara, BPA dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan diasosiasikan dengan disfungsi seksual di antara laki-laki yang mengalami pajanan di tempat kerja. BPA juga diasosiasikan dengan kanker payudara, prostat, kanker ovarium, dan kanker endometrium

Selanjutnya, Alkylphenols diketahui dapat menyebabkan infertilitas pada laki-laki. Dalam hal ini termasuk jumlah sperma rendah dan mengganggu perkembangan prostat. Penelitian juga menunjukkan pajanan okupasi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara pada laki-laki dan perempuan.

Sementara bahan Phthalates, kata Chlara, dapat menurunkan tingkat testosteron dan estrogen. Lalu meningkatkan gangguan kehamilan dan angka keguguran. "Menyebabkan anemia, toksemia, preeklampsia, menopause dini," jelasnya.

Chlara mendorong keseriusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik untuk mengendalikan jumlah polusi sampah di laut. Caranya dengan mengontrol sampah dari sungai mengingat mikroplastik ikut terbawa aliran dan berkumpul di muara sungai. "Yang berada di perairan Gresik," ucap Chlara.

Manager Kampanye Ecoton, Tonis Afrianto mendorong pemerintah di setiap kabupaten/kota yang dilalui Bengawan Solo untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini karena jumlah plastik sekali pakai seperti tas kresek, sachet, styrofoam, sedotan, popok, semakin meningkat dan tidak bisa didaur ulang. Ditambah lagi, tidak tersedianya tempat sampah sementara di tiap desa membuat masyarakat membuangnya ke Bengawan Solo.

Tonis juga mendorong masyarakat untuk mengurangi dan menghentikan pemakaian plastik sekai pakai. "Agar sampah plastik tidak membunuh biota laut dan mengganggu kesehatan manusia," kata dia menambahkan.

 
Berita Terpopuler