Jalankan Spionase, 10 WN China Ditangkap di Afghanistan

Afghanistan telah mengizinkan warga negara China tersebut pulang.

REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Afghanistan melepaskan 10 warga negara China yang ditangkap pada 10 Desember karena diduga mengoperasikan teror di ibu kota Kabul. Pemerintah pun telah mengizinkan 10 WN China tersebut meninggalkan negara itu, Senin (4/1).

Laporan Hindustan Times menyatakan, penahanan 10 warga negara China oleh Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan karena menjadi bagian dari rencana spionase pada 25 Desember. Afghanistan telah menawarkan untuk mengampuni mereka dengan syarat Beijing meminta maaf karena mengerahkan orang untuk memata-matai.

Para diplomat dan pejabat keamanan di Kabul mengonfirmasi, mereka telah diizinkan untuk naik pesawat sewaan yang menerbangkan ke luar negeri pada Sabtu (2/1) menyusul izin dari Presiden Ashraf Ghani. Kelompok beranggotakan 10 orang ini dievakuasi setelah 23 hari dalam penahanan dan belum dituntut secara resmi.

"Tidak ada warga negara asing yang ditangkap dalam upaya operasi di daerah Khairkhaneh. Yang ditangkap adalah para palmadi yang berada dalam jangkauan. Beberapa dari mereka telah ditangkap karena dicurigai terlibat dalam penculikan dan pembunuhan," kata Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh.

Amrullah Saleh sebelumnya menyampaikan, tawaran ke Kabul untuk membebaskan 10 mata-mata tersebut kepada utusan China, Wang Yu. Dia meminta Beijing mengakui pelanggaran norma internasional dan pengkhianatan terhadap kepercayaan Kabul.

Badan keamanan Afghanistan percaya 10 tahanan itu membuat Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) palsu di Afghanistan untuk menjebak anggota kelompok itu di Afghanistan. ETIM adalah kelompok milisi kecil yang diduga aktif di provinsi Xinjiang, rumah bagi etnis minoritas Muslim Uighur di China.

Baca Juga

Pendiri ETIM, Hasan Mahsum, seorang Uighur dari wilayah Kashgar Xinjiang, ditembak mati pada 2003 oleh tentara Pakistan. Islamabad telah bersekutu dengan China yang dituduh menjalankan kamp di wilayah Xinjiang, tempat lebih dari 1 juta orang ditahan di kamp.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan China menggunakan ancaman ETIM sebagai alasan untuk memberlakukan pembatasan pada Uighur dan mendiskreditkan aktivis hak asasi manusia di luar China. Amerika Serikat bulan lalu mencabut status teror pada ETIM, meskipun kelompok itu terus mendapatkan perhatian dari Dewan Keamanan PBB.

 
Berita Terpopuler