ICU Pasien Covid-19 di Bekasi Tersisa 8 Unit

Pemkot Bekasi kesulitan tenaga kesehatan jika ingin menambah kapasitas ICU baru.

Moch Asim/Antara
Tenaga medis memeriksa peralatan di ruang ICU. ilustrasi
Rep: Uji Sukma Medianti Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Ketersediaan ruang Intensive Care Unit (ICU) untuk pasien Covid-19 di Kota Bekasi memasuki fase kritis. Dari 80 ICU yang disediakan, hanya tersisa 8 unit yang masih kosong.

Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi, Eko Nugroho, menuturkan, kesulitan rumah sakit dalam menambah kapasitas ICU adalah tenaga kesehatan.

“Ketika kita mau menambah ruang isolasi, misalnya ICU kita mau tambah, jadi yang susah justru bukan memperbaiki ruangan atau investasi alatnya tapi yang susah adalah mencari tenaga kesehatannya,” kata Eko, Ahad (3/1).

Dia menerangkan, untuk menambah kapasitas daya tampung ICU diperlukan juga tenaga kesehatan yang berpengalaman dan mumpuni. Beberapa rumah sakit, kata dia, mampu berinvestasi pada alat. Namun, kendala yang ditemui adalah masalah pengadaan sumber daya manusia.

“Ada beberapa rumah sakit yang masih mampu berinvestasi untuk alat kesehatan dan ruangannya masih tapi justru susah mencari tenaga kesehatannya,” ujar dia.

Eko tak merinci berapa jumlah tenaga kesehatan yang ada saat ini. Akan tetapi, menurut laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan juga persatuan perawat, saat ini rumah sakit sudah mulai kekurangan tenaga kesehatan.

“Saat ini justru di setiap rumah sakit lagi kekurangan tenaga perawat ya,” jelasnya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Pemerintah Kota Bekasi, jumlah fasilitas ICU di Kota Bekasi berjumlah 80 unit. Namun, sebanyak 72 unit telah terpakai. Sehingga, saat ini hanya tersisa 8 unit ICU saja yang beroperasi.

Baca Juga

Pasien Gejala Berat Terancam tak Terlayani


Eko Nugroho, menuturkan, minimnya fasilitas ICU yang tersisa dapat membahayakan pasien Covid-19 dengan gejala berat dan memiliki penyakit penyerta.

Masing-masing rumah sakit biasanya sudah menyiapkan ICU cadangan bagi pasien yang memiliki gejala berat. Namun, biasanya rumah sakit akan mengutamakan pasiennya terlebih dahulu. Akibatnya, pasien rujukan akan kesulitan untuk mendapatkan ruang isolasi.

“Biasanya rumah sakit masing-masing itu sudah menyiapkan  cadangan ketika ada pasien yang kategorinya sedang menuju berat. Tapi pastikan diutamakan orang dalam dulu kan, pasien rumah sakit itu sendiri, sehingga makanya kalau orang dari luar minta rujukan masuk ke ICU, rumah sakit itu ya belum tentu bisa masuk,” terangnya.

Lebih jauh, Eko menyebut  jumlah sisa ICU yang ada saat ini tidak aman untuk kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, Eko tak dapat memprediksi berapa lama kondisi ini akan terjadi. Yang jelas, saat ini jumlah ketersediaan kasur ICU tidak pernah lebih dari 10 kasur.

“Sisanya itu tidak pernah lebih dari 10, pasti seputar angka 9, 8, 7, 6. Kalau misal sisanya bisa di atas angka 15 saja, menurut saya itu sudah agak longgar lah kita,” ujar dia.

 
Berita Terpopuler