Ini Daftar Bisnis yang Ambruk karena Pandemi

Bisnis perjalanan,bahan bakar hingga UMKM harus berjuang di tengah pandemi Covid-19.

FB Anggoro/ANTARA FOTO
Sejumlah petugas berjalan di terminal kedatangan yang kosong karena penghentian sementara Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/4/2020). PT Angkasa Pura II menghentikan sementara penerbangan penumpang mulai 24 April sampai 1 Juni 2020 di 19 bandara, termasuk Bandara Pekanbaru, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan tentang pengendalian transportasi selama mudik Idul Fitri 1441 H dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi membuat pelaku usaha harus memutar otak untuk tetap bertahan. Di satu sisi, ada bisnis-bisnis yang meroket selama pandemi. Di sisi lain, tidak sedikit bisnis yang meregang nyawa karena harus setop operasi akibat berbagai kebijakan.

Baca Juga

Berikut bisnis yang harus meradang karena Covid-19.

1. Bisnis perjalanan

Perjalanan untuk keperluan bisnis ataupun liburan terpaksa dihentikan pada 2020. Maskapai terpaksa mengandangkan pesawatnya karena tidak ada yang berani melakukan perjalanan. Pesawat-pesawat kosong dan bandara bagai kota hantu.

Pada 14 April 2020, Administrasi Keamanan Transportasi hanya mencatat 87.534 penumpang di bandara AS, turun 96 persen dibandingkan hari yang sama pada 2019.

CEO Southwest Airlines Gary Kelly mengatakan perjalanan bisnis yang merupakan sumber pendapatan perusahaan turun 90 persen. 

Kapal-kapal terpaksa menghentikan pelayaran karena orang diminta untuk tetap di rumah.

Selain bisnis perjalanan, bisnis penginapan juga sama tertekannya. Hunian hotel rata-rata hanya 45 persen dari biasanya di atas 66 persen.

2. UMKM

Virus corona telah berdampak parah pada banyak bisnis kecil. Restoran, salon, perencana acara, dan bisnis lain yang bergantung pada orang-orang terpaksa membanting setir berganti usaha. Akibatnya, pengangguran bertambah karena bisnis UMKM tidak mampu menggaji karyawan.

Pemerintah AS telah memberikan bantuan pinjaman kepada lebih dari 5,2 juta pelaku usaha kecil antara April hingga Agustus. Namun, masih banyak di antara pelaku usaha yang gulung tikar.

3. Pakaian kerja

Saat pandemi melanda, sebagian besar orang diminta bekerja dari rumah. Karena itu, mereka tidak sering menggunakan pakaian kerja.

Analis industri ritel NPD menyebutkan, penjualan setelan pria turun 62 persen dari Maret hingga Oktober dibandingkan periode sama tahun lalu. Orang saat ini lebih memilih kenyamanan daripada gaya, sebuah tren yang dibentuk oleh Covid-19. Ini menjadi kabar baik bagi produsen pakaian olahraga, kaos obling, dan piyama.

 

4. Real estate

Properti menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi. Tingkat lowongan untuk ritel, kantor, dan jenis properti lainnya meningkat tajam dari tahun lalu. 

Pandemi memaksa jutaan orang bekerja dari rumah dan membuat bangunan kantor tidak lagi diperlukan. Berbanding terbalik dengan perkantoran, permintaan apartemen justru meningkat.

5. Bahan bakar fosil

Industri minyak terpukul karena adanya kebijakan karantina di berbagai negara. Permintaan akan bahan bakar pesawat maupun kendaraan lain mengalami penurunan tajam. Sebelumnya, produsen minyak sudah berjuang di tengah pelemahan ekonomi global dan minyak murah.

 

Hal ini memaksa produsen minyak mengurangi produksi dan karyawan mereka. Raksasa minyak seperti Exxon Mobil dan Chevron terpaksa membatasi pengeluaran dan memangkas tenaga kerja.

 
Berita Terpopuler