Kemendag:Stok Kedelai Nasional Cukup Bagi Kebutuhan Industri

Importir yang masih memiliki stok kedelai diminta terus memasok ke industri.

Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja membersihkan bahan baku kacang kedelai untuk pembuatan tahu, di Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (22/12/2020). Pengusaha tahu mengaku, sejak sebulan terakhir harga bahan baku kedelai melonjak naik dari Rp.405.000 per karung ukuran 50 kg menjadi Rp.480.000 per karung atau naik dari Rp.8.100 per kg menjadi Rp.9.600 per kg sehingga pelaku usaha terpaksa mengurangi ukuran agar usahanya tetap berjalan.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto menegaskan, stok kedelai cukup bagi kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Maka kementerian menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan akan melakukan penyesuaian harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor. Menanggapi hal tersebut, Kemendag melakukan koordinasi dengan Gakoptindo.

Sekaligus memperoleh informasi harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp 9.000 per kilogram (kg) pada November 2020 menjadi Rp 9.300 sampai Rp 9.500 per kg pada Desember 2020. Angka tersebut sekitar 3,33 sampai 5,56 persen.

“Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin,” kata Suhanto di Jakarta, pada Kamis (31/12).

Ia menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450 ribu ton. “Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150 ribu sampai 160 ribu ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 sampai 3 bulan mendatang,” ujarnya.

Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar 12,95 dolar AS per gantang. Angka itu naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 11,92 dolar AS per gantang.  Satu gantang setara dengan 27,2155 kilogram (kg).

Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 dolar AS per ton. Harga tersebut naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 dolar AS per ton.

Baca Juga

Menurut Suhanto, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat sebagai eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia. “Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang,” tutur Suhanto.

Suhanto berharap importir yang masih memiliki stok kedelai agar dapat terus memasok secara kontinu kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga. Berdasarkan data BPS, saat ini harga rata-rata nasional kedelai pada Desember 2020 sebesar Rp 11.298 per kg.

Harga ini turun 0,37 persen dibanding November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2019. “Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini,” tutur dia.

 
Berita Terpopuler