Benarkah Muslim Haram Merayakan Tahun Baru Masehi?

Bagi umat Islam, bertambahnya tahun adalah waktu yang diberikan oleh Allah.

Antara/Mohammad Ayudha
Benarkah Muslim Haram Merayakan Tahun Baru Masehi? Warga yang mengenakan baju APD melakukan aksi dengan membawa poster imbauan Tahun Baru di Rumah Saja di Gladak, Solo, Jawa Tengah, Kamis (31/12/2020). Aksi tersebut untuk mengajak warga agar tetap di rumah saja saat perayaan Tahun Baru guna menghindari penyebaran Covid-19.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI Cholil Nafis mengatakan, tidak ada tuntunan khusus yang melarang atau menganjurkan perayaan tahun baru. Akan tetapi, ia mengingatkan, perayaan tahun baru masehi agar digunakan untuk bersyukur dan bukan bermaksiat. 

Baca Juga

"Tidak ada tuntunan khusus untuk merayakan tahun baru, tapi yang perlu kita lakukan adalah mensyukuri dari tambahnya umur, muhasabah, membuat target-target kebaikan dan pengabdian kepada umat," kata Cholil, Kamis (31/12)

"Dalam arti marayakan (dengan) foya-foya membeli kembang api ratusan ribu itu mubadzir, tentu Allah tidak senang dengan hal mubazir, apalagi dipakai dengan pesta-pesta haram, seks bebas, tentu saja hukumnya haram," ujarnya.

Bagi umat Islam, bertambahnya tahun Hijriyah atau tahun masehi adalah waktu yang diberikan oleh Allah. Karena itu sebagai umat Muslim agar dapat mensyukuri nikmat waktu hidup yang telah diberikan.

 

"Di antara mensyukuri adalah menggunakan nikmat hidup sehat dan harta untuk hal-hal yang positif dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT," kata Nafis.

Sebagai seorang Muslim, kata Nafis, alangkah lebih baik merayakan tahun baru ini dengan muhasabah atau intropeksi diri atas apa yang telah dilakukan dan diperbuat. Terutama di masa pandemi ini, mungkin Allah menginginkan hambah-Nya untuk lebih mendekatkan diri dan bertaubat.

"Pandemi sekian banyak kok tidak diangkat Allah, barangkali kita butuh lebih banyak bertaubat," kata dia.

Selain itu, untuk yang masih diberikan nikmat sehat dan keselamatan di masa pendemi ini, dapat berkumpul bersama keluarga agar bisa menggunakan waktu berkumpul dengan efektif. Misalnya dengan membaca tahil dan membaca yasin. 

"Kalau makan-makan silakan saja asal jangan berlebihan, seperlunya," kata Nafis.

Islam memang menganjurkan untuk begadang tetapi dalam arti untuk mendekatkan diri kepada Allah. Begadang dalam Islam pun, bukan berarti tidak tidur semalaman, melainkan dengan cara tidur cepat dan bangun cepat.

 

"Dalam Islam memang dianjurkan begadang tapi di tengah malam, artinya tidur cepat bangun cepat. Pada saat bangun begadang digunakan untuk dzikir, sholat tahajud, sholat tasbih, baca Alquran, digunakan untuk hal-hal positif," ujarnya.

 
Berita Terpopuler