Selain Covid-19, Yaman Perangi Wabah Kolera dengan Vaksinasi

Yaman berjuang melawan wabah koleran di saat pandemi Covid-19

Yaman berjuang melawan wabah koleran di saat pandemi Covid-19. Bendera Yaman
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, HAJJAR – Yaman sedang memerangi wabah kolera di tenggara Provinsi Hadramaut. Badan Kesehatan lokal dan internasional terus melakukan kampanye vaksinasi darurat kolera. 

Baca Juga

Wabah kolera biasanya menyerang di distrik Hajjar yang terpencil dan berlangsung sejak April hingga September. Namun di tahun ini, rumah sakit utama distrik melaporkan menerima kasus baru kolera pada Oktober, November dan Desember untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.  

UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan di Yaman khawatir dengan peningkatan kasus kolera ini. Karenanya mereka bergabung untuk melakukan kampanye vaksinasi kolera darurat di Hajjar dari 20 hingga 25 Desember.  

"Terus masuknya kasus baru ke rumah sakit merupakan sumber keprihatinan kami dan ini merupakan indikasi bahwa kolera adalah endemik di Hajjar,” kata Direktur Rumah Sakit Utama Hajjar yang juga Direktur Kantor Distrik Kementerian Kesehatan, Abdullah Awadh Bahendi, dilansir dari Arab News, Selasa (29/12).  

Kampanye tersebut menargetkan 40 ribu orang di pedesaan dan perkotaan dapat melakukan vaksinasi. Ratusan poster dan selebaran dibagikan dan mobil truk berkeliling menyiarkan pesan tentang pentingnya vaksinasi kolera. 

Petugas kesehatan, Nashwa Mubarak, mengatakan kegiatan kesadaran yang terjadi sebelum atau selama kampanye membuahkan hasil karena sebagian besar penduduk Hajjar melakukan vaksin meskipun sedikit keberatan.  

Pejabat kesehatan mengatakan mereka telah mendaftarkan setidaknya 250 kasus kolera dan satu kematian di Hajjar sejak April 2020. Sedangkan pada tahun lalu, sebanyak 520 kasus terkonfirmasi di Hajjar dengan enam kematian. 

 

WHO mengatakan bahwa fasilitas kesehatan telah mencatat 167.278 kasus yang dicurigai dengan 48 kematian terkait sejak Januari hingga 2 Agustus tahun ini. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan di provinsi barat Hodeidah, 26.936, disusul Sanaa dengan 24.593. 

Pejabat kesehatan di Hajjar mengaitkan kebangkitan kolera dengan sistem pembuangan limbah, di samping pertemuan musiman orang-orang selama panen pohon kurma. Rumah membuang limbah di tempat terbuka atau ke lubang kecil di dekatnya.   

Banjir bandang dan hujan lebat telah menghancurkan sebagian besar sistem pembuangan limbah dan air di daerah perkotaan, mendorong orang untuk menggunakan air yang telah tercemar.  

“Hujan dan banjir telah merusak jaringan pipa air,” kata Bahendi. “Kolera muncul kembali ketika orang beralih ke air yang tidak bersih," tambahnya. 

Dia menambahkan bahwa intervensi kemanusiaan terbaru dari Kementerian Kesehatan dan organisasi internasional telah membantu mengurangi jumlah kasus kolera.  

“Alasan di balik wabah kolera tidak ada hubungannya dengan perang. Kami menuntut pembangunan sistem pembuangan limbah dan air untuk Hajjar yang akan membantu mengakhiri kolera," kata Bahendi.   

 

Banjir mengisolasi desa karena geografinya yang kasar, sehingga menyulitkan petugas kesehatan untuk menjangkau mereka yang sakit.

Bahendi menyarankan untuk membangun beberapa pusat kesehatan di desa-desa terpencil bersama dengan sudut rehidrasi untuk menangani kasus kolera ringan dan melengkapi pusat kesehatan dengan staf dan ambulans. 

Penduduk di Hajjar mengatakan memperbaiki sistem air dan sanitasi harus menjadi prioritas dan mereka tidak punya pilihan selain minum air yang tidak bersih karena mereka tidak mampu membeli air kemasan olahan. 

Suleiman Ahmed (48) mengatakan dia tertular penyakit itu setelah minum air yang tidak bersih atau makan makanan yang terkontaminasi. "Saya tidak mampu membeli air bersih," katanya kepada Arab News dari ranjang rumah sakitnya di Hajjar.  

Dia menambahkan bahwa direktur rumah sakit telah menyarankan dia untuk merebus air sebelum diminum atau memasak jika dia tidak mampu membeli air kemasan.  

Kepala Departemen Kesehatan di kantor Hadramaut Kementerian Kesehatan, Khaled Al-Kaledi, mengatakan pihaknya telah mengklasifikasikan Hajjar sebagai distrik berisiko tinggi karena tingginya kasus kolera dibandingkan dengan daerah lain di provinsi tersebut. 

Dia menambahkan bahwa pejabat, termasuk dia, telah mengambil vaksin untuk meyakinkan publik bahwa vaksin itu aman. “Reaksi orang-orang dengan kampanye itu luar biasa,” katanya.  

 

Sumber: https://www.arabnews.com/node/1784311/middle-east

 
Berita Terpopuler