WNA dari Semua Negara Dilarang Masuk RI Mulai Januari

Antisupasi varian baru virus COvid-19 terus dilakukan

FAUZAN/ANTARA FOTO
Calon penumpang memadati Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Rep: ferginadira/Eva Rianti /Arie Lukihardianti Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, pemerintah akan menutup sementara pintu masuk warga negara asing (WNA) dari luar negeri ke Tanah Air. Hal ini dilakukan mengantisipasi penyebaran varian baru Covid-19 yang sudah menyebar ke sejumlah negara.

"Rapat kabinet hari Ini Senin (28/13) memutudkan menutup sementara dari tanggal 1 hingga 14 Januari 2021 masuknya WNA dari semuan negara ke Indonesia," ujar Retno usai menjalani rapat terbatas yang dilakukan, Senin (28/12).

Bagi WNA yang tiba di Indonesia pada Senin (28/12) hingga Kamis (31/12), akan diberlakukan aturan sesuai ketentuan dalam surat edaran Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 3 tahun 2020. Dalam surat edaran tersebut, mereka harus membawa hasil tes PCR negatif dari negara asalnya yang berlaku maksimal 2x24 jam sebelum jam keberangkatan.

Setelah itu, mereka juga harus tes PCR ulang setelah tiba di Indonesia. Jika terbukti negatif dalam kedua tes PCR tersebut, WNA diminta melakukan karantina wajib selama lima hari dan setelahnya harus kembali menjalani tes PCR.

"Apabila hasilnya negatif, maka pengunjung diperkenankan meneruskan perjalanan," ujar Menlu Retno. Sementara itu untuk semua warga negara Indonesia (WNI) yang ingin pulang dari luar negeri diizinkan masuk dengan ketentuan tes PCR yang sama dari lembaga kesehatan di masing-masing negara.

Retno mengatakan, aturan ini dikecualikan bagi pejabat negara asing setingkat menteri ke atas. "Bagi mereka harus disertai dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19 sangat ketat," ujarnya. Kebijakan ini akan dituangkan dalam surat edaran baru.

 
 

Kasus Terus Melonjak, DKI Jakarta Bakal Lakukan 'Rem Darurat
 
Terkait dengan ancaman pandemi ke ibu kota, Jakarta yang menjadi tempat transit utama warga yang datang dari dalam dan luar negeri, mulai membuka opsi dilakukannya kebijakan 'rem darurat'.
 
Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria atau Ariza. Kemungkinan dilakukannya rem darurat tersebut untuk memperketat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. 
 
"Menyikapi peningkatan kasus COvid-19 di DKI Jakarta, kami akan terus mengambil berbagai kebijakan kita akan lihat nanti beberapa hari ke depan setelah tanggal 3 (Januari 2021). Apakah nanti dimungkinkan 'rem darurat' nanti Pak Gubernur akan memutuskannya," kata Ariza, Ahad (27/12). 
 
Politisi Partai Gerindra itu menuturkan, kebijakan tersebut bisa diputuskan dengan melihat fakta dan data yang ada. "Nanti kita akan lihat sesuai dengan fakta dan data memang ini sangat dinamis sekali," tuturnya.
 
Ariza meminta masyarakat, terutama usaha dan perkantoran untuk turut berpartisipasi dalam menekan angka kasus Covid-19.
 
"Jangan sampai nanti ada peningkatan luar biasa sehingga kami Pemprov dengan jajaran Pak Gubernur terpaksa mengambil kebijakan untuk memperketat PSBB. Semua berpulang pada kita semua," terangnya.

Pakar Mikrobiologi Unpad Sebut Virus Corona Mudah Mengalami Mutasi
 
Pelarangan sementara WNA masuk ke Indonesia dan wacana akan adanya kebijakan 'Rem Darurat dari ibu kota negara, menjadi suatu hal yang sangat penting artinya pada saat ini. Sebab, selain paparan Covid-19 terus meningkat, publik dunia oun telah heboh adanya varian baru virus ini dari Inggris.
 
Baru-baru ini, sejumlah negara pun telah melaporkan adanya kasus mutasi baru dari virus Corona. Mutasi baru dari virus Corona disinyalir lebih berbahaya dari virus lama.
 
Menurut Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran Dr. Mia Miranti, M.P., virus Corona termasuk ke dalam kelompok virus RNA. RNA, merupakan salah satu jenis dari asam nukleat yang menjadi  ciri bahwa virus dikategorikan sebagai makhluk hidup.
 
Menurutnya, hasil penelitian di beberapa jurnal ilmiah menyebut bahwa kelompok virus RNA mudah mengalami mutasi. Ketika virus Corona menginfeksi satu tubuh inang, maka RNA-nya akan melakukan replikasi atau berkembang biak.
 
“Replikasi virus ini tidak ada yang tidak menyebabkan penyakit pada inangnya, karena dia akan mengambil alih sistem kerja sel inang untuk proses reproduksi dia,” ujar Mira dalam siaran pers Unpad, Senin (28/12).
 
Terkait Covid-19, Mira menyebut bahwa virus Corona sebenarnya sudah sering mengalami mutasi. Mutasi dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan sel inangnya. Sejak dari Wuhan, Tiongkok, virus Corona sudah mengalami mutasi sehingga dia mampu bertahan pada rentang suhu 5 – 10 derajat Celcius.
 
Ketika menyebar ke Iran dan kawasan Timur Tengah, Mira memperkirakan bahwa virus telah mengalami mutasi kembali yang memungkinkan dia tahan terhadap suhu panas.
 
Virus Corona di Indonesia sendiri, kata dia, sudah mengalami mutasi. Laporan dari Eijkman Institute beberapa waktu lalu menemukan bahwa virus Corona di Indonesia memiliki strain yang berbeda dengan virus di Wuhan.
 
“Hanya saja proses mutasinya tidak seperti yang sekarang lagi heboh di Inggris,” katanya.
 
Pengajar di Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam ini menyebut, ada kemungkinan proses mutasi di Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga kemungkinan infeksinya lebih tinggi. Dengan kata lain, mutasi suatu virus bisa jauh lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
 
Karena, kata dia, mutasi setiap virus dipengaruhi oleh faktor inangnya, Mira berpendapat bahwa pengembangan vaksin mestinya disesuaikan dengan hasil mutasi virusnya.
 
“Vaksin Covid-19 di Indonesia seharusnya disesuaikan dengan karakter virus yang ada di Indonesia,” katanya. 

 
Berita Terpopuler