Aisyah, Istri Rasulullah yang Kritis

Aisyah berani melakukan kritik terhadap periwayatan sejumlah hadits.

Mgrol120
Aisyah, Istri Rasulullah yang Kritis. Ilustrasi Muslimah
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan hadits, yaitu Aisyah r.a. anak dari sahabat Nabi, Abu Bakar. Aisyah tidak hanya aktif meriwayatkan hadits, tapi juga berani melakukan kritik terhadap periwayatan sejumlah sahabat yang lain. 

Baca Juga

Ada beberapa sahabat yang ia kritik, yaitu Abu Hurairah, Umar bin Khattab, Ibnu Umar, Jabir, dan Ka’b. Di antara kritik Aisyah, misalnya terhadap Abu Hurairah yang mengutip pernyataan Nabi yang dianggap misoginis terhadap perempuan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan Rasulullah bersabda, “(Perkara yang) membatalkan sholat ialah perempuan, himar, dan anjing,” (HR Muslim dalam Shahih-nya). Mereka yang membaca hadits tersebut akan bertanya-tanya mengapa sholat seseorang harus batal karena ada perempuan, himar, atau anjing yang lewat di depannya.

K.H. Husein Muhammad menjelaskan dalam bukunya berjudul Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah, mengenai hadits tersebut, Sayyidah Aisyah menunjukkan kemarahannya. Dia mengatakan, “Innal mar’ah la dabbah suu” atau “Apakah perempuan disamakan dengan hewan tunggangan yang buruk? Bukankah Anda melihat sendiri bagaimana aku tidur di hadapan Rasulullah pada saat beliau sholat?”

Para ulama harus terus melakukan analisisnya terkait hadits tersebut. Mereka tidak memaknainya secara harfiah.

Imam Ahmad berpendapat, hal yang membatalkan sholat hanyalah karena ada anjing hitam yang lewat. Sementara untuk hewan himar dan perempuan, dia tidak berkomentar apa pun. Dia hanya mengatakan, “Wa fi qalbi minal himar wal mar’ah syaiun” atau “Dalam hal himar dan perempuan ada sesuatu.”

Mayoritas ulama seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Asy-Syafi’I menolak makna literal hadits tersebut. Mereka mengatakan “Sholat seseorang tidak menjadi batal gara-gara lewatnya tiga hal itu dan tidak pula yang lainnya.” Kemudian mereka memberikan analisis lain, arti membatalkan atau yaqtha’u adalah kurang menenangkan hati.

 

Hadits lain yang membuat Aisyah marah adalah hadits yang ditemukan dalam sejumlah kitab hadits, seperti Sunan Dawud, Sunan Tirmidzi, Shahih Muslim, dan Shahih Bukhari. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. ia berkata “Aku mendengar Rasulullah mengatakan, “Sumber kesialan itu ada tiga, kuda, perempuan, dan rumah.”

Aisyah mengatakan, “Demi Tuhan yang telah menurunkan Alquran Rasulullah tidak mungkin mengatakannya. Dia (Abdullah bin Umar r.a.) hanya mengutip kata-kata orang-orang jahiliyah. Mereka biasa meramal dengan penuh pesimistis dari tiga hal tersebut. Menurut Ibnu Qutaibah, Sayyidah Aisyah kemudian membacakan ayat Alquran surat Al-Hadid ayat 22:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

Mā aṣāba mim muṣībatin fil-arḍi wa lā fī anfusikum illā fī kitābim ming qabli an nabra`ahā, inna żālika 'alallāhi yasīr.

Artinya: “Tidak ada bencana apa pun di muka bumi ini dan tidak pula menimpa dirimu, kecuali telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu mudah bagi Allah.”

Selanjutnya Sayyidah Aisyah mengatakan Abu Hurairah (perawi hadits ini) tidak utuh mendengarnya dari Nabi. Sebab, ia bergabung bersama Nabi ketika dia sedang berbicara dan Abu Hurairah hanya mendengar kalimat Nabi yang terakhir.

 

Dia tidak mendengar kalimat sebelumnya. Padahal, Nabi sebelumnya mengatakan “Orang-orang pada masa jahiliyah atau orang-orang Yahudi yang mengatakan hal itu.”

 
Berita Terpopuler