BPPTKG: Gunung Merapi Mengalami 24 Kali Gempa Guguran

Berdasarkan pengamatan visual, asap solfatara tak teramati keluar dari Gunung Merapi.

Wihdan Hidayat / Republika
Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Klaten, Jawa Tengah.
Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, Gunung Merapi mengalami 24 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Rabu (9/12) mulai pukul 00.00-24.00 WIB. Selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 208 kali gempa hybrid atau fase banyak.

Baca Juga

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis (10/12), mengatakan, tercatat juga 21 kali gempa hembusan, satu kali gempa frekuensi rendah, dan 38 kali gempa vulkanik dangkal. Berdasarkan pengamatan visual, asap solfatara tidak teramati keluar dari Gunung Merapi.

Pada periode pengamatan itu, terdengar satu kali suara guguran dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan dengan intensitas lemah. Laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 11 cm per hari (dalam tiga hari).

BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan. BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

 
Berita Terpopuler