Wisata Makam Jakarta, Rumah Guci Abu Hingga Makam Yahudi

Bangunan bersejarah di TPU Petamburan sempat tak terawat.

infopalestina
Wisata Makam Jakarta, Rumah Guci Abu Hingga Makam Yahudi. Kuburan Yahudi. Ilustrasi
Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tak jauh dari Mausoleum OG Khouw, ada juga jejak sejarah lain peninggalan dari Negeri Sakura berupa Rumah Guci Abu yang rupanya masih sering ditengok oleh generasi penerusnya. Kental dengan nuansa oriental khas Jepang, pada bagian muka bangunan terlihat beberapa batu-batu alam yang dihiasi guratan kanji Jepang menjadi prasasti yang menyambut pengunjungnya.

Baca Juga

Tampak juga papan informasi untuk pengunjung dari Indonesia dengan ejaan Bahasa Indonesia lama “RUANG TEMPAT MENJIMPAN ABU2 DJENAZAH DJEPANG”. Jumlah guci abu yang tersimpan di dalam Rumah Guci Abu itu hingga Oktober 2020 berjumlah 79. Guci-guci ini masih sering kali ditengok oleh perwakilan dari Kedutaan Besar Jepang.

“Hanya memang 2020 ini tidak ditengok akibat kondisi pandemi Covid-19. Biasanya perwakilan Kedutaan Besar Jepang sekitar 50 orang itu dalam setahun menengok dua kali di Februari dan Oktober. Mereka datang untuk mendoakan abu-abu orang Jepang yang disimpan di sini,” kata Kepala Satuan Pelaksana TPU Zona 2 Jakarta Pusat Sandra Narwita.

Selain Mausoleum OG Khouw dan Rumah Guci Abu, masih ada jejak sejarah lainnya yang memiliki nilai histori tinggi, yaitu makam penganut agama Yahudi. Makam itu diyakinkan sebagai jejak orang Yahudi karena terdapat lambang Bintang Daud serta tulisan dengan huruf Ibrani.

Sandra menceritakan awalnya ada sekitar enam makam yang teridentifikasi menjadi lokasi persemayaman dan jejak terakhir Orang Yahudi di kala Jakarta masih dikenal dengan sebutan Batavia. “Pada zaman dulu, orang-orang Yahudi di Jakarta itu hidup rukun bersama pedagang-pedagang dari Arab di kawasan Passer Baroe. Nah, setelah satu persatu meninggal, orang-orang Arab itulah yang mungkin menguburkan jasad orang Yahudi di lahan yang saat ini jadi TPU Petamburan,” ujar Sandra.

Tak seberuntung dua peninggalan sebelumnya, makam Yahudi yang ada di TPU Petamburan dapat dikatakan dalam kondisi memprihatinkan. Hanya ada tiga dari enam makam yang masih berbentuk segitiga selayaknya rumah, sementara tiga lainnya dalam kondisi rusak karena tergerus zaman.

Walaupun masih ada yang berbentuk ‘rumah’ namun terlihat coretan vandalisme merusak tampak asli makam berusia lebih dari setengah abad itu. Hal yang disayangkan adalah hingga kini belum ada pihak yang mengaku sebagai ahli waris dari keenam makam itu sehingga pengelola TPU Petamburan pun kesulitan melakukan pemugaran atau membenahi ulang bangunan makam yang kini hanya tersisa tiga.

 

Sandra menuturkan TPU Petamburan sempat tak terawat, namun pada 2017 secara perlahan Sandra bersama dengan petugas-petugas di TPU Petamburan bersinergi memperbaiki kondisi TPU Petamburan. Ia menceritakan sebelum kepemimpinannya, TPU Petamburan kerap kali dijadikan lokasi untuk berbuat hal maksiat seperti mencari ilmu untuk memenangkan judi Toto Gelap (togel).

Tidak sedikit juga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menjadikan beberapa bangunan makam yang memiliki lahan yang luas sebagai tempat tinggal sementaranya. Tak heran jika banyak jejak vandalisme yang bertengger di tembok-tembok makam termasuk di makam Orang Yahudi.

Selain itu, banyak juga makam-makam yang telah berbentuk nisan terkubur oleh tanah sehingga kesan mistis terasa kental di TPU Petamburan di masa lalu. “Dulu sebelum saya masuk, beberapa makam seperti makam Orang Yahudi itu bahkan tidak terlihat karena sempat tertimbun tanah. Rumput-rumput liarnya pun setinggi paha orang dewasa,” kata Sandra.

Butuh waktu tiga bulan bagi Sandra merapikan kondisi TPU Petamburan agar dapat kembali ke bentuk semula dan tidak lagi disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab. Kini TPU Petamburan sudah kembali terlihat asri dan hijau, tak ada lagi di temukan gelandangan dan pengemis yang kerap disebut sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang berkeliaran atau pasangan yang ingin berbuat mesum.

Mausoleum OG Khouw (monumen makam) milik pasangan saudagar tebu Lim Sha Nio dan suaminya Oen Giok Khouw di TPU Petamburan, Jakarta. - (Wikimedia)

 

Penjagaan dari segi kebersihan dan keamanan pun ditingkatkan, sebanyak 71 petugas disiagakan untuk memastikan makam-makam, khususnya yang memiliki nilai histori tinggi tetap terjaga. Kini pun sudah cukup banyak masyarakat atau warga yang datang untuk berziarah tak hanya untuk menengok keluarga yang disemayamkan di TPU Petamburan, tapi juga untuk mengenal sejarah dari tiga makam, yaitu Mouseleum OG Khouw, Rumah Guci Abu, dan Makam Orang Yahudi.

Ada keinginan hati dari pengelola TPU Petamburan agar pemerintah bisa menjadikan lokasi itu sebagai cagar budaya, namun hal itu belum dapat terwujud karena TPU Petamburan masih aktif menerima pemakaman. Dengan meningkatnya minat masyarakat mengenal sejarah lewat makam yang sudah ada di TPU Petamburan, maka sedikit pesan dari pengelola untuk para pengunjung agar tetap menjaga kebersihan.

 

“Kami juga senang lihat masyarakat bisa mengenal sejarah, meski kita adakan petugas kebersihan tentu harapan kami pengunjung yang ingin mengenal sejarah lewat makam-makam di TPU Petamburan bisa menjaga kebersihan. Dengan begitu warisan sejarah ini selain dapat bermanfaat bagi pengetahuan tetap dapat terjaga keasriannya,” ujar Sandra.

 
Berita Terpopuler