'Banyak Lulusan Perguruan Tinggi tak Cocok Kebutuhan Kerja'

Pembelajaran di perguruan tinggi masih sama seperti puluhan tahun yang lalu.

Dok UBSI
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti Kemendikbud) Prof Ir Nizam
Rep: Inas Widyanuratikah   Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam mengatakan selama ini banyak keluhan dari dunia kerja soal lulusan perguruan tinggi. Keluhan, yakni lulusan perguruan tinggi tidak cocok dengan kebutuhan di lapangan. 

Baca Juga

Menurut Nizam, ketidakcocokan ini yang membuat hubungan dunia pendidikan dan dunia kerja di Indonesia tertinggal. "Inilah yang menjadikan kita semua harus berbenah diri dan melakukan disrupsi diri agar kita bisa melakukan adaptasi yang cepat, melakukan transformasi yang cepat di perguruan tinggi kita," kata Nizam, dalam Sosialisasi Dosen Penggerak yang disiarkan secara daring, Senin (9/11). 

Ia mengatakan, kampus harus siap menghadapi kebutuhan masyarakat industri 5.0 yaitu kehidupan yang berdampingan dengan teknologi. Kehidupan ke depan, lanjut Nizam, juga akan bergerak begitu cepat mengikuti kreativitas manusia. 

"Perekonomian ke depan akan semakin ditentukan oleh kreativitas dan inovasi sumber daya manusianya," kata dia menambahkan. 

Menurutnya, saat ini pembelajaran di kampus masih sama seperti puluhan tahun yang lalu. Dosen menjadi sumber ilmu satu-satunya sementara mahasiswa mendengarkan di kursinya masing-masing. 

Saat ini sudah banyak sumber ilmu yang terbuka melalui teknologi yang berkembang. Terkait hal ini, perlunya dilakukan disrupsi di dalam pendidikan tinggi agar mahasiswa bisa memperluas ilmunya. 

"Kita tahu setiap mahasiswa punya garis tangan berbeda satu dengan lainnya, punya passion yang berbeda. Mereka akan bekerja di tempat yang berbeda atau menciptakan lapangan pekerjaan. Tidak bijak kita sebagai pendidik kalau mewajibkan mereka mengikuti kelas yang sama," ujar Nizam. 

Dunia kerja, kata Nizam sangat bervariasi. Bahkan, ke depannya diprediksi 23 juta lapangan pekerjaan di dunia akan hilang karena tergantikan oleh mesin. Sementara pendidikan tinggi masih menggunakan cara belajar di era industri 2.0 atau 3.0. 

"Inilah perlunya kita berpindah cara, pendekatan untuk memerdekakan anak-anak kita untuk mendapatkan kompetensinya sesuai dengan yang kita butuhkan," kata dia menegaskan.

 
Berita Terpopuler