Islam di Bosnia, Pernah Terapkan Syariah Islam Lalu Sekuler

Islam di Bosnia kini dipengaruhi dengan sekularisme yang sangat kuat.

Islam di Bosnia kini dipengaruhi dengan sekularisme yang sangat kuat. Ilustrasi umat Islam Bosnia.
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  SARAJEVO - Husein Kavazovic lahir pada 1964 di Gradacac dan telah menjadi pemimpin komunitas Islam Bosnia-Herzegovina sejak 2012. Setelah belajar hukum Islam di Universitas Al-Azhar Kairo, dia tinggal di Tuzla di mana dia memimpin, sebagai mufti lokal masyarakat. 

Baca Juga

Dia mengatakan Islam menyebar di Bosnia melalui Turki Ottoman dan institusi yang mereka dirikan sejak abad ke-15. Bukan dakwah keliling yang menyebarkan Islam, seperti yang terjadi di bagian lain dunia, juga bukan para pedagang, yang memainkan peran penting di tempat lain seperti datang dari Venesia. 

Oleh karena itu, Islam di Bosnia sejak awal adalah Islam institusional, berpusat pada ulama dan sekolah agama. Bahkan setelah berakhirnya kekuasaan Ottoman, di bawah Kekaisaran Austro-Hongaria, kaum Muslim terlibat dalam pembentukan institusi pusat, Mashikha islamiyya.

Sementara proyek-proyek untuk reformasi sekolah-sekolah agama dan fakultas-fakultas Islam digerakkan dan mengarah pada penerapan program campuran di mana, berdampingan dengan disiplin tradisional, ilmu-ilmu modern juga diajarkan.

Pada saat yang sama, tasawuf menjadi fundamental, yang dipraktikkan banyak ulama. Karena itu, Islam di Bosnia-Herzegovina selalu berakar pada kitab-kitab ulama dan pusatnya di masjid-masjid dan sufi.

Islam adalah agama yang paling tersebar luas di Bosnia dan Herzegovina. Muslim merupakan komunitas agama terbesar di Bosnia dan Herzegovina 51 persen (dua kelompok besar lainnya adalah Kristen Ortodoks Timur 31 persen, hampir semuanya berasal daei Serbia , dan Katolik Roma 15 persen yang berasal dari Kroasia.

Muslim dan Kristen saat ini memiliki peran penting dalam masyarakat Bosnia. Banyak orang percaya, bagaimanapun, adalah orang biasa dan tidak termasuk kelas terpelajar dan mereka dapat dengan mudah dipengaruhi. 

Juga harus dikatakan bahwa pengaruh penganut Islam terbatas, meskipun itu berkembang. Paham sekuler memiliki dampak penting bagi umat Islam. 

Contohnya hukum yang disahkan parlemen, mereka tidak memiliki kesan religius. Hukum status pribadi sepenuhnya sekuler, misalnya, bahkan dalam hal pernikahan. Namun syariat Islam pernah diterapkan di Bosnia untuk status pribadi sampai 1946. 

Peninggalan Islam yang paling penting di Bosnia salah satunya adalah Perpustakaan Gazi Huserv Beg. Perpustakaan inu memiliki teks penting dalam bahasa Arab, Persia, Turki, dan bahasa lokal yaitu Bosnia, Serbia, serta Kroasia. Namun pernah dibakar selama agresi, bersama dengan Institut Studi Timur Sarajevo di mana buku dan dokumen berharga disimpan. 

"Perpustakaan ini sekarang adalah satu-satunya yang tersisa dalam hal ingatan sejarah dari masa lalu dan kami sangat senang bahwa kami dapat membangunnya kembali,"ujar Kavazovic.

Salah satu yang membantu adalah Qatar  Menurutnya, proyek perpustakaan itu adalah proyek internasional yang penting, dan tidak terbatas pada Muslim saja, seperti yang ditunjukkan kewarganegaraan para peneliti. 

 

Sementara itu Dosen Fakultas Studi Islam Universitas Sarajevo, Ahmet Alibasic mengatakan tidak ada pergerakan Muslim Bosnia ke arah tertentu, karena mereka terputus dari dunia Muslim selama beberapa dekade.

Selama Kekaisaran Yugoslavia dan periode Komunis, mereka telah belajar untuk mandiri, dan telah mengembangkan sistem pendidikannya sendiri hingga menghasilkan pendekatan Islam tertentu untuk belajar. 

Muslim Bosnia mungkin tidak memiliki kepentingan strategis, tetapi mereka punya sesuatu yang simbolis. Sarajevo adalah kata yang beresonansi dengan banyak orang, karena tragedi dan pertempuran yang terjadi di sana.

Kaum Salafi, kata Alibasic, tetap menjadi tantangan, tetapi Muslim Bosnia juga prihatin dengan para sufi dan Syiah. Muslim Bosnia memiliki masalah dengan para sufi jika sufi hanya mendengarkan syekh mereka dan tidak menerima otoritas komunitas.

Seorang imam tidak diizinkan untuk mengubah masjid menjadi tempat pribadi untuk persaudaraannya. Inilah sebabnya mengapa beberapa sidang di akar rumput memisahkan diri. 

Muslim melakukan shalat dengan aturan jarak sosial pada malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar, salah satu malam paling suci bagi Muslim, di Masjid Gazi Husrev-beg di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina pada 20 Mei 2020. - (Anadolu/Mustafa Öztürk)

Lebih jauh, Alibasic juga bicara soal Wahabisme. Dia mengatakan, banyak orang tidak mengerti bahwa setiap dekan di fakultas ini, bahkan seorang modernis, diwajibkan untuk mengakui ijazah dari Arab Saudi jika memenuhi kriteria formal. Fakultas masih diharapkan untuk memeriksa kualifikasi dari lembaga asing.

"Jika ada Muslim Wahabi datang kepada kami dengan diploma yang sesuai dengan fakultas kami dalam hal mata pelajaran dan ruang lingkup studi, maka dia memiliki hak untuk bekerja di Bosnia. Itu adalah pluralisme Islam," ungkapnya. 

Dalam kondisi itu, tentu ada kelompok di akar rumput yang menolaknya, misalnya dengan menyampaikan keengganan menjadikan orang itu sebagai imam. "Tetapi kita tidak bisa memaksakan sendiri larangan itu," katanya.  

Alibasic menyampaikan pandangannya tentang kehadiran Iran di Bosnia. Baginya, hal itu terutama karena adanya Syi'isme. "Ini sangat emosional dan penuh dengan kisah-kisah para korban. Orang Bosnia memiliki kelemahan untuk itu. Karena kita sendiri sudah sangat menderita, dan kita terbiasa dengan ketidakadilan," imbuhnya.

 

Untuk sementara, terang Alibasic, beberapa intelektual mengambil posisi yang dipengaruhi Iran pada konflik Suriah. Namun sekarang mereka mencoba mundur. Secara umum, dia melihat lebih banyak pengaruh agama daripada pengaruh politik. Tetapi secara politis, Iran terlalu jauh.

 
Berita Terpopuler