Lebanon di Tepi Jurang Kehancuran Usai Ledakan Dahsyat

Lebanon menghadapai masalah pangan dan krisis ekonomi.

EPA-EFE/NABIL MOUNZER
Lebanon di Tepi Jurang Kehancuran Usai Ledakan Dahsyat. Orang-orang berjalan dengan barang-barang mereka setelah evakuasi dari perumahan mereka yang rusak di daerah Mar Mikhael dan Gemayzeh setelah ledakan besar menghancurkan pelabuhan di Beirut pada tanggal 4 Agustus 2020, di Beirut, Lebanon, 05 Agustus 2020. Menurut laporan media, setidaknya 100 orang terbunuh dan lebih dari 4.000 terluka setelah ledakan, yang disebabkan oleh lebih dari 2.500 ton amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang, menghancurkan area pelabuhan pada tanggal 4 Agustus.
Rep: Puti Almas Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon nampaknya harus berjuang menghadapi kehancuran, setelah ledakan besar-besaran yang terjadi di Ibu Kota Beirut pada Selasa (4/8). Insiden yang terjadi, tepatnya di area pelabuhan telah membuat sedikitnya 100 orang tewas dan ribuan lainnya terluka. 

Baca Juga

Asap terlihat masih mengepul dari pelabuhan, di mana terdapat gundukan besar, seperti lubang, tempat  ledakan terjadi. Jalan-jalan utama di pusat kota dipenuhi puing-puing dari kendaraan rusak dan bangunan.

Banyak laporan orang hilang pasca-insiden sehingga keluarga dan kerabat mencari melalui media sosial untuk membantu menemukan orang yang mereka cintai. Di Instagram, terdapat laman berjudul "Locating Victims Beirut" yang muncul dengan foto-foto orang hilang dan pembawa acara radio membaca nama-nama orang yang hilang atau terluka sepanjang malam. 

Banyak warga pindah dengan teman atau kerabat setelah apartemen mereka rusak dan merawat luka-luka mereka sendiri karena rumah sakit sedang kewalahan. Hingga saat ini belum jelas apa yang menyebabkan ledakan itu. 

Insiden yang terjadi merupakan ledakan paling kuat yang pernah terjadi di Beirut, di mana Lebanon pernah mengalami parang saudara pada 1975 hingga 1990. Tak hanya itu, negara ini juga mengalami konflik dengan Israel, serta pengeboman berkala dan serangan teror.

Sebelum ledakan terjadi, Lebanon sudah berada diambang kehancuran di tengah krisis ekonomi yang parah yang telah memicu protes massa dalam beberapa bulan terakhir.  Banyak rumah sakit di negara Timur Tengah itu menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dan ada kekhawatiran virus itu dapat menyebar lebih lanjut ketika orang-orang membanjiri rumah sakit.

Rumah Sakit Universitas Saint George, salah satu rumah sakit swasta utama di Beirut yang telah menerima pasien Covid-19, keluar dari tugasnya pada Rabu (5/8) setelah ledakan karena mengalami kerusakan besar. Seorang dokter yang mengidentifikasi dirinya sebagai Emile mengatakan 16 staf dan pasien, termasuk empat perawat, tewas dalam insiden itu. 

Menteri Dalam Negeri Lebanon Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal ledakan disebabkan oleh lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada 2014. Amonium nitrat adalah bahan umum dalam pupuk tetapi bersifat sangat eksplosif.

Ini pernah digunakan dalam pengeboman Oklahoma, Amerika Serikat (AS) pada 1995. Saat itu, sebuah bom truk yang berisi 2.180 kilogram pupuk dan bahan bakar minyak menghancurkan gedung federal, menewaskan 168 orang dan melukai ratusan lainnya.

Meski demikian, belum ada bukti ledakan di Beirut adalah serangan. Video menunjukkan apa yang tampak seperti api yang meletus di dekat situ sebelumnya dan stasiun TV lokal melaporkan ada gudang kembang api. 

 

 

 

Api tampaknya menyebar ke bangunan terdekat di pelabuhan, memicu ledakan dan mengirimkan asap yang berbentuk seperti awan jamur. Pasukan keamanan Lebanon telah menutup area di lokasi kejadian ketika sebuah buldoser masuk untuk membantu membersihkan puing-puing. 

Seorang pemuda memohon pasukan untuk mengizinkannya masuk dan mencari ayahnya, yang telah hilang sejak ledakan terjadi. Ia pun diarahkan untuk pergi menuju pos petugas pelabuhan yang akan menuliskan detail laporan.

Di distrik Achrafieh yang terdampak oleh ledakan di Beirut, pekerja pertahanan sipil dan tentara bekerja menemukan orang hilang dan membersihkan puing-puing. Setidaknya satu orang masih terjepit di bawah batu dari sebuah bangunan tua yang telah runtuh. Relawan mengaitkannya ke tangki oksigen untuk membantunya bernapas, sementara yang lain mencoba membebaskan kakinya.

Ledakan telah menghancurkan banyak bangunan apartemen yang berpotensi menyebabkan sejumlah besar orang kehilangan tempat tinggal. Pada saat yang sama banyak orang Lebanon juga kehilangan pekerjaan dan tabungan mereka tergerus karena krisis mata uang terjadi di negara itu. Insiden itu juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana Lebanon akan terus mengimpor hampir semua barang-barang produksi utama, akibat pelabuhan utamanya hancur.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, dalam pidato singkatnya di televisi meminta kolega-kolega memberikan bantuan kepada negara kecil itu, dengan mengatakan saat ini tengah terjadi bencana nyata. Ia juga menegaskan kembali janjinya mereka yang bertanggung jawab atas ledakan ini akan membayar perbuatannya, tanpa menyebut kemungkinan penyebab insiden.

Seorang pria membersihkan pecahan kaca di sebuah masjid di Beirut, Lebanon 5 Agustus 2020. REUTERS/Aziz Taher TPX IMAGES OF THE DAY - (REUTERS/AZIZ TAHER)

Di Lebanon, juga telah terjadi masalah keamanan pangan. Negara kecil ini telah menampung lebih dari satu juta warga Suriah sejak perang saudara yang terjadi di negara tetangga itu pada 2011. 

Rekaman drone yang diambil oleh Associated Press menunjukkan ledakan itu menghancurkan sekelompok silo gandum yang menjulang tinggi, membuang isinya ke puing-puing. Itu adalah sekitar 80 persen dari pasokan gandum Lebanon yang diimpor. 

National News Agency yang dikelola Pemerintah Lebanon mengutip pernyataan Menteri Ekonomi dan Perdagangan Raoul Nehme yang mengatakan semua gandum yang disimpan di fasilitas itu telah terkontaminasi dan tidak dapat digunakan. Namun, ia menegaskan negara masih memiliki cukup gandum untuk kebutuhan mendesak dan akan mengimpor lebih banyak lagi bahan pangan ini.

Beberapa negara telah berjanji akan memberikan bantuan setelah ledakan itu. Bahkan Israel menawarkan bantuan kemanusiaan. Kedua negara telah dalam konflik selama beberapa dekade dan Israel berperang pada 2006 dengan Hizbullah yang saat ini mendominasi politik Lebanon.

Krisis ekonomi Lebanon dilaporkan terjadi sebagai akibat dari dekade korupsi sistemik dan tata kelola yang buruk oleh kelas politik yang telah berkuasa sejak akhir perang saudara. Negara di Mediterania itu telah mengadakan protes massal yang menyerukan perubahan politik sejak tahun lalu, tetapi hanya beberapa tuntutan mereka telah dipenuhi karena situasi ekonomi terus memburuk.

 

 

 
Berita Terpopuler