Psikolog: Anak Jangan Dibuat Tegang Terus

Dengan bermain, anak memiliki kesempatan melampiaskan emosi secara positif.

Republika/Novita Intan
Ayah bermain dengan anaknya. Anak butuh waktu untuk bermain.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam masa pandemi Covid-19, anak tetap perlu melakukan kegiatan eksplorasi sesuai usia. Ia juga bisa merasa bosan ketika terus terkurung di rumah.

Menghadapi hal menantang itu, orang tua harus mencari jalan agar sama-sama nyaman. Agar tak melulu terfokus pada pelajaran sekolah, anak perlu mendapatkan waktu bermain.

"Anak bisa stres, bosan, kangen teman, bingung banyak tugas sekolah, dan kesal orang tua marah terus," kata psikolog Anna Surti Ariani dalam webinar #PaddlePopMainYuk.

Anna mengatakan, andaikan ditekan terus dengan tuntutan-tuntutan, anak akan seperti karet yang tegang, tidak efektif dipakai. Ketika dilonggarkan terlebih dulu, maka karet bisa dipakai untuk mengikat sesuatu.

"Begitu juga otak anak yang sebenarnya tidak akan efektif jika terus-terusan dipaksa belajar tanpa waktu bermain. Setelah dibiarkan santai, baru kemudian otak anak bisa efektif dipakai kembali," jelas Anna yang juga ketua Ikatan Psikologi Klinis Jakarta.

Baca Juga

Bermain, menurut Anna, juga berfungsi sebagai cara anak mengatasi tekanan (coping stress) serta melatih kemampuan mengatasi masalah. Dengan bermain, misalnya, anak bisa meluapkan kekesalan dengan sehat.

"Misalnya, ketika dimarahi orang tua, anak meluapkannya dengan bermain atau memarahi boneka," kata Anna.

Menurut Anna, mengekspresikan emosi akan lebih baik ketimbang memendamnya. Dengan begitu, anak tidak terlalu stres.

"Jadi, kalau anak kesal karena dimarahi lalu disuruh kembali belajar sebenarnya tidak efektif juga," kata Anna dan

 
Berita Terpopuler