35 Tahun Lalu, Pangeran Saudi Jadi Muslim Pertama di Angkasa

Pangeran Sultan menjadi satu-satunya orang yang membaca Alquran di luar angkasa.

NASA
Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi (ketiga dari kanan) mendarat di runway 23 di Edwards Air Force Base, Kalifornia pada 24 Juni 1985. Pangeran Sultan bin Salman menjadi astronaut Muslim pertama dan satu-satunya orang yang membaca Alquran di angkasa.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tiga puluh lima tahun yang lalu, tepatnya 17 Juni 1985 pukul 02.33 waktu Riyadh, sebuah pesawat ulang-alik Discovery diluncurkan dari landasan peluncuran 39A, Kennedy Space Center di Florida.

Baca Juga

Momen tersebut merupakan pertama kalinya pesawat ruang angkasa orbital diluncurkan dan dapat digunakan kembali. Peluncuran ini terjadi di tahun keempat setelah 17 misi sukses lainnya sejak April 1981 di Colombia.

Tetapi tidak ada yang rutin atau terbiasa tentang Misi NASA STS 51-G. Diterbangkan bersama Discovery yang memulai misi orbit tujuh hari, adalah tiga satelit komunikasi komersial, sistem pelacakan percobaan untuk sistem pertahanan rudal US Star Wars yang diusulkan, serangkaian eksperimen astronomi dan biomedis, dan salinan Alquran.

Pemilik kitab suci Alquran itu adalah Pangeran Sultan bin Salman yang berusia 28 tahun dan diikat ke kursi nomor tujuh. Ia ikut perjalanan ini sebagai salah satu dari dua spesialis muatan di dek penerbangan Discovery.

Ia juga tercatat sebagai Muslim, orang Arab, dan anggota keluarga kerajaan pertama yang terbang ke luar angkasa. Terpilihnya ia dalam mengikuti misi ini menjadi sesuatu yang sangat simbolis bagi sang pangeran.

Sebagai anak lelaki sejak berusia 13 tahun di Riyadh yang telah menonton cuplikan televisi kasar dari misi bulan Apollo 11, yang telah lepas landas dari situs yang sama pada 16 Juli 1969, momen ini menjadi tak terlupakan. Dalam sebuah wawancara dengan Arab News untuk peringatan ke-50 pendaratan di bulan pada 2019, pemandangan astronaut Neil Armstrong mengambil satu langkah kecilnya membuat kesan yang bertahan lama.

"Manusia membuat pesawat terbang dan membuat kemajuan dalam industri. Tetapi bagi manusia untuk meninggalkan planet mereka sendiri ... itu benar-benar sesuatu yang lain," katanya dikutip di Arab News, Kamis (18/6).

Baca juga: Ini Para Astronaut Muslim yang Pernah Jelajahi Angkasa

Di tahun itu, pangeran muda ini tidak pernah terpikirkan meraih bintang-bintang itu sendiri. Bahkan setelah ia belajar menerbangkan pesawat terbang dan mendapatkan lisensi pilot pribadinya pada 1977 ketika belajar di AS, ia menolak gagasan seseorang dari dunia Arab akan menjelajah ke luar angkasa.

Lalu, tiba-tiba, hal yang mustahil menjadi mungkin. Pada 1976, Arab Saudi telah memainkan peran penting dalam pembentukan Arabsat Liga Arab, sebuah perusahaan komunikasi satelit. Satelit pertamanya, Arabsat-1A, dikerahkan dari roket Ariane 3 yang diluncurkan di pusat angkasa Prancis, Guyana pada Februari 1985.

Satelit kedua Arabsat yang diberi nama 1B, menyusul empat bulan kemudian. Kali ini dibawa ke atas oleh Space Shuttle Discovery NASA.

Para anggota Liga Arab diundang untuk mencalonkan seorang spesialis muatan. Setelah 10 pekan melalui lelatihan intensif, Pangeran Sultan melakukan transisi dari pilot ke astronaut. Melambung ke langit Florida, dia diawasi dan disambut oleh lebih dari 200 tamu Arab NASA.

Setelahnya, yang ia rasakan adalah tujuh hari, satu jam, 38 menit, dan 52 detik yang tidak akan pernah dilupakan. Setelah melewati 111 orbit penuh bumi, ia dibiarkan dengan rasa takjub yang abadi.

"Ketika Anda melihat bumi dari luar angkasa, Anda kemudian mulai fokus ... Ini adalah hadiah dari Allah SWT dan bahwa ada yang lebih dari diri Anda dan komunitas kecil Anda. Ada yang lebih dari nafsu terbatas Anda sendiri," katanya.

 

 

Ia lantas menyebut kepedulian dan hasrat untuk berbagai hal menjadi lebih global, lebih universal. Bahkan setelah mengorbit 387 Km di atas Bumi, menempuh jarak 4,5 juta km dalam tujuh hari, ada saja yang mengingatkannya akan rumah.

Panggilan dari ayahnya dan Raja Fahd yang disiarkan langsung di televisi, dibangunkan pada hari keenam oleh kontrol misi dengan memainkan "Abaad Kontom Wala Garayebein" ("Dekat atau Jauh") oleh penyanyi Arab Saudi Mohammed Abdo, dan tentu saja membaca Alquran di luar angkasa.

"Ayah saya, ketika dia memanggil saya di pesawat ulang-alik, berkata, 'Saya tahu hari ini Anda mengkhatamkan Alquran'. Dan dia sangat senang tentang hal itu," kenang sang pangeran tahun lalu.

Sampai hari ini, ia masih memegang prestasi ini di hatinya. Ia juga terharu mengetahui Raja Salman bangga padanya karena menjadi satu-satunya orang yang membaca Alquran di luar angkasa.

Beberapa misi pun tercapai. Pangeran Sultan dan Discovery mendarat di landasan 23 di Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California pukul 06.11 pagi Waktu Siang Pasifik pada 24 Juni 1985.

Di rumah, ia disambut sebagai pahlawan. Diangkat sebagai mayor di Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi dan sebagai duta besar tidak resmi. Ia banyak bertemu pemimpin dunia dan pahlawan masa kecilnya, awak Apollo 11.

Misi STS 51-G telah dilakukan dengan sempurna. Tetapi jika dibutuhkan pengingat, perjalanan ruang angkasa tidak pernah bisa dianggap sebagai rutinitas. Kejadian ini datang pada 28 Januari 1986, hanya tujuh bulan setelah Pangeran Sultan berhasil menembus ke luar angkasa.

Pada awal misi ke-25 program pesawat ulang-alik, kapal saudara perempuan Discovery, Challenger, pecah tak lama setelah lepas landas. Kejadian ini menewaskan semua tujuh awak, termasuk Christa McAuliffe, yang telah dipilih menjadi guru pertama di luar angkasa.

Foto Pangeran Arab Saudi Sultan bin Salman yang bertugas sebagi astronaut di pesawat Discovery pada 1985. - (Saudi Gazette)

Misi Pangeran Sultan selanjutnya terikat pada bumi, tetapi sama-sama disayang di hatinya. Ia menyalakan keyakinan bahwa warisan dan budaya tidak hanya penting tetapi sangat penting bagi masa depan. Pada 2000 ia diangkat sebagai Sekretaris Jenderal Komisi Arab Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional.

Di sana, ia mulai bekerja untuk melestarikan harta Kerajaan. Ia mengawasi rencana induk pada 2008, yakni melihat kota pahatan batu kuno Hegra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada 2018, situs tersebut telah bergabung dalam daftar empat harta nasional lainnya.

Namun, Pangeran Sultan belum selesai dengan angkasa. Pada Desember 2018, ia diangkat sebagai ketua Komisi Antariksa Saudi (SSC) yang baru dibentuk.

Pada 17 Juni 1985, ia mengambil satu langkah kecil, untuk dirinya sendiri, untuk keyakinannya, dan untuk masa depan negaranya di luar angkasa. Sebagai ketua SSC, dengan misi memberdayakan generasi masa depan untuk memimpin di bidang ilmu luar angkasa dan penerapannya. Ia terus menginspirasi kaum muda Arab Saudi untuk mengikuti jejaknya.

 

 

 
Berita Terpopuler