Jubir: Warga Berkerumun, Pelacakan Covid-19 Makin Sulit

Pemerintah menemukan penularan Covid-19 di kerumunan seperti di pasar.

@BNPB_Indonesia
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.
Rep: Sapto Andika Candra Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengaku menemukan kendala dalam melacak jejak kontak pasien positif Covid-19. Semakin banyak masyarakat yang beraktivitas di kerumunan, maka dinilai semakin sulit bagi petugas dinas kesehatan untuk melakukan pelacakan riwayat kontak pasien positif.

Baca Juga

"Karena dari tracing, sering kita tak bisa identifikasi siapa yang dekat dia karena berasal dari kerumunan. Kita melihat beberapa kejadian kerumunan masyarakat di pasar, dan tempat lain. Ini yang memberikan ruang bagi memungkinannya proses penularan," kata Yurianto dalam keterangan pers, Kamis (11/6).

Menanggapi hal itu, Yuri kembali mengingatkan masyarakat untuk benar-benar menjalankan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah. Hal itu terutama, menjaga jarak, menggunakan masker, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

"Gambaran ini harus kita yakini bahwa upaya kita untuk aman dengan cara menjaga jarak menggunakan masker dan mencuci tangan adalah cara yang terbaik," katanya.

Yuri menyampaikan, kendati penambahan kasus positif Covid-19 masih cukup tinggi, tetapi semakin banyak provinsi di Indonesia yang melaporkan penambahan kasus baru harian di bawah 10 orang. Artinya, penambahan kasus dengan jumlah yang banyak hanya didominasi oleh beberapa provinsi episentrum penularan Covid-19.

"Beberapa provinsi mulai menunjukkan kecenderungan kenaikan kasus yang tidak signifikan. Namun memang ada yang masih naik signifikan," katanya.

Pemerintah juga masih terus melakukan pemantauan dan pelacakan terhadap 43.414 orang dalam pemantauan (ODP) dan 14.052 pasien dalam pengawasan (PDP) di Indonesia. 

 
Berita Terpopuler