Arkeolog Ungkap Muslim Awal di Afrika Terapkan Diet Halal

Arkeolog menemukan tulang hewan purba tunjukkan penyembelihan halal.

REUTERS/Katy Migiro
Arkeolog Ungkap Muslim Awal di Afrika Terapkan Diet Halal. Pemandangan di wilayah bagian utara Ethiopia. (Ilustrasi)
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog di Ethiopia telah menemukan komunitas Muslim awal di Afrika telah menerapkan pola diet halal ketika wilayah tersebut menjadi pusat perdagangan barang-barang mewah. Dari penggalian yang dilakukan oleh tim arkeologi University of Exeter, Inggris, dan Kementerian Kebudayaan Ethiopia, ditemukan adanya reruntuhan kota kuno yang bisa membuka kisah awal penyebaran agama Islam di negara itu dan kawasan Afrika.

Baca Juga

Dari penggalian itu juga ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan wilayah tersebut pernah menjadi pusat perdagangan. Para arkeolog menemukan ribuan tulang hewan purba yang menunjukkan adanya penyebaran praktik penyembelihan halal melewati Ethiopia.

Kala itu, komunitas di wilayah itu berkembang karena impor dan ekspor produk di sekitar Laut Merah, dan menuju Mesir, India, dan Semenanjung Arab. Penggalian baru di tiga lokasi di timur Ethiopia tersebut dilakukan oleh tim dari University of Exeter dan Otoritas Ethiopia untuk Penelitian dan Konservasi Warisan Budaya.

Mereka menemukan sekitar 50 ribu tulang binatang yang berasal dari abad ke-8/ke-9 dan seterusnya. Selain itu, penemuan menunjukkan orang-orang yang tinggal di sana pada era awal telah menerapkan diet Muslim 400 tahun sebelum masjid-masjid besar atau situs pemakaman dibangun pada abad ke-12.

Selama penggalian yang dipimpin oleh Profesor Timothy Insoll, dan melibatkan archaeozoologist Jane Gaastra dari Institut Studi Arab dan Islam University of Exeter itu, menemukan bukti pertama di Afrika tentang adanya praktik penyembelihan halal. Penggalian tersebut dilakukan di Harlaa, Harar, dan Ganda Harla.

Dalam penggalian sebelumnya, tim profesor Insoll ini telah mengungkap adanya bukti dan reruntuhan masjid dan situs pemakaman, serta sisa-sisa barang mewah seperti keramik dari China dan Mesir, cangkang laut dari Laut Merah, dan manik-manik dari India. Harar didirikan pada abad ke-6 dan 7 sebelum Islam tiba di Ethiopia.

Kota kuno itu diabaikan pada abad ke-15 ketika kota Harlaa dan Ganda Harlaa didirikan. Penyebabnya, mungkin karena wabah atau perubahan lingkungan, dan dengan meningkatnya penyebaran Islam ke tempat-tempat lebih baik untuk bertani yang dapat dihuni.

Penduduk Harla adalah komunitas campuran masyarakat pendatang dan lokal yang berdagang dengan masyarakat lain di Laut Merah, Laut India, dan mungkin hingga Teluk Arab. Harlaa terletak 120 Km dari Laut Merah dan 300 Km dari Addis Ababa, ibu kota Ethiopia saat ini. Sedangkan kota Harar adalah pusat pengajaran Islam di Ethiopia yang terletak di selatan Harlaa.

Selama periode penanggalan tulang binatang itu, orang-orang mungkin telah menggunakan masjid yang lebih kecil yang belum ditemukan oleh para arkeolog. Mereka mungkin membangun bangunan yang lebih besar untuk beribadah ketika komunitas Muslim tumbuh.

Profesol Insoll mengatakan, mereka tidak memperkirakan akan menemukan tulang dengan kualitas dan kuantitas seperti ini. Pasalnya, tulang hewan itu sangat terawat, sehingga mereka bisa melihat dengan jelas luka dan bukti pakainya. Menurutnya, mereka juga menemukan tulang di area perumahan dan tempat kerja.

"Ini adalah informasi baru yang penting tentang identitas agama orang pada saat itu. Ini menunjukkan pada masa-masa awal Islam di wilayah itu orang-orang baru mulai mengadopsi praktik keagamaan, jadi kadang-kadang pragmatis dan tidak mengikuti semuanya," kata Insoll, dilansir di Heritage Daily, Rabu (27/5).

 

 

Analisis jejak pakai pada tulang menunjukkan sapi digunakan untuk membajak dan memutar batu asah. Sedangkan spesies lain seperti unta, kuda dan keledai, mungkin telah digunakan sebagai hewan pengangkut untuk membawa barang dagangan dan komoditas lainnya.

Analisis data usia tulang sapi di Harlaa menunjukkan 80 hingga 90 persen hewan bertahan hidup di atas usia tiga tahun. Selain itu, penemuan itu menunjukkan mereka disimpan untuk susu atau untuk pekerjaan daripada dibiakkan untuk dimakan.

Sementara itu, para arkeolog juga menemukan sisa-sisa babi di Harlaa dan Ganda Harlaa, yang bisa dipelihara atau liar. Penemuan ini di wilayah Islam tak terduga, sebab babi dalam Islam haram.

Penemuan babi itu menunjukkan wilayah tersebut adalah kosmopolitan, di mana pengunjung dan penduduk dari berbagai daerah dan dengan agama yang berbeda. Selain itu, terdapat penjelasan lain yang menyebutkan bisa jadi umat Islam awal di Ethiopia memakan daging babi selama periode tersebut karena alasan praktis.

Namun begitu, tidak ada sisa babi yang ditemukan di Harar. Harar sendiri merupakan kota para cendekiawan Islam dan ziarah (pusat pengajaran Islam). 

Teknik penyembelihah halal yang serupa digunakan di ketiga lokasi tersebut. Hal demikian menunjukkan adanya pengaruh pedagang Muslim yang tiba di daerah itu dan penyebaran Islam ke Harlaa pertama, dan kemudian ke Harar dan Ganda Harla.

Selain hewan-hewan tersebut, komunitas Muslim awal di Ethiopia itu disebut memakan dan berburu babi hutan, babi tanah, landak, kelinci, genet, luwak, dan macan tutul. Di Harlaa, para peneliti juga menemukan bukti ikan laut yang diimpor dari Laut Merah yang terletak sekitar 120 kilometer jauhnya.

Ikan laut itu semua telah diproses sebelum dikirim ke Harlaa, baik dalam bentuk kering atau asin agar tahan lama. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya kepala ikan yang menunjukkan bahwa kepala ikan-ikan ini telah dibuang, mungkin di pantai Laut Merah.

Tidak ada spesies ikan air tawar lokal yang ditemukan. Dengan demikian, itu menunjukkan orang-orang kala itu memakan ikan yang digunakan untuk diet yang canggih.

Bagian tubuh hewan yang serupa ditemukan di setiap situs. Hal tersebut menunjukkan kekayaan atau status mungkin bukan merupakan faktor dalam akses mendapatkan daging.

 

Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of African Archaeology, menunjukkan sisa makanan yang dibuang yang dimakan ratusan tahun lalu itu dapat memberikan informasi yang sangat penting tentang pola diet komunitas Muslim awal di negara itu. Di samping itu, hal itu juga dapat menjadi informasi tentang penyebaran agama Islam, perdagangan, dan penggunaan hewan untuk transportasi dan keperluan kerja di masyarakat Islam di Afrika yang sebagian besar telah diabaikan oleh para arkeolog. 

 

 
Berita Terpopuler