Cara Nabi Muhammad Merayakan Idul Fitri

Nabi Muhammad memerintahkan umatnya memakai pakaian bagus saat Idul Fitri.

Republika/Wihdan
Cara Nabi Muhammad Merayakan Idul Fitri
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/Zahrotul Oktaviani/Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah pertama kali merayakan Idul Fitri setelah Perang Badar tahun dua hijriyah. Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.

Baca Juga

Nabi dan sahabat menunaikan sholat Idul Fitri pertama dalam kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar. Bahkan Rasulullah merayakan Idul Fitri dalam kondisi letih hingga bersandar pada Bilal saat menyampaikan khutbah.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) Idul fitri dan Idul Adha." (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad hasan). 

Dari aspek keagamaan dan sosial, Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi sarana bagi umat Islam untuk berkumpul bersama, tapi juga untuk membantu meringankan kebutuhan orang miskin. Apalagi, jika dalam kondisi darurat Covid-19 seperti sekarang ini. 

Dalam artikelnya Prophet Muhammad and the Celebration of Eid, Emine Gumus Boke menjelaskan, Nabi Muhammad ingin agar umat Islam berbagi suka dan duka pada saat Idul Fitri. Beliau juga memerintahkan agar umat Islam saling membantu setiap saat, tidak hanya di Hari Idul Fitri.

Ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, Rasulullah selalu mengerjakan Sholat Idul Fitri dan memerintahkan kepada umatnya, baik laki-laki maupun perempuan untuk menghadiri pelaksanaan sholat Idul Fitri. Hukum sholat ini adalah sunnah muakkad.

"Sebelum berangkat, Rasulullah mandi dan memakai baju yang paling bagus meski tidak baru," ujar Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) KH Ahmad Satori Ismail kepada Republika.co.id.

Ja'far bin Muhammad meriwayatkan Rasulullah selalu memakai burda hibarah, sejenis pakaian buatan Yaman setiap hari raya tiba. Beliau juga memerintahkan hal yang sama kepada umatnya untuk mengenakan pakaian terbagus dan wangi-wangian yang terbaik. Bagi Muslimah, pemakaian wewangian sebaiknya tidak berlebihan, sehingga tidak terjerembab ke dalam perbuatan dosa.

Sebelum berangkat, Rasululah tak lupa makan terlebih dahulu. Saat Idul Fitri di pagi hari Rasul terbiasa memakan beberapa biji kurma dengan jumlah ganjil.

Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah mengatakan, hendaknya para suami berangkat bersama istri dan anak-anaknya ke tanah lapang sambil bertakbir. Ummu Athiyyah menuturkan, kaum perempuan pada masanya diperintahkan keluar rumah pada hari raya juga mengajak perempuan yang haid di mana mereka berada di belakang orang-orang yang sholat.

 

Kiai Satori menjelaskan, berbeda dengan sholat berjamaah lainnya, Sholat Idul Fitri dilakukan oleh Rasulullah di tempat terbuka di luar masjid. Ini dilakukan selagi tidak ada halangan untuk melaksanakannya di luar masjid.

"Rasul sholat di luar masjid bukan di dalam, sholat di halaman agar syiar beliau sampai kepada jamaah yang juga berhalangan sholat seperti ibu-ibu nifas dan haid," ujar dia.

Menurut Sayyid Sabiq melalui karyanya Fiqih Sunnah, sholat Idul Fitri lebih utama dilakukan di lapangan. Boleh digelar di dalam masjid, dengan catatan karena ada halangan, seperti hujan atau bentuk halangan lainnya. Rasul hanya sekali melaksanakan sholat Idul Fitri di dalam masjid, itu pun karena hujan.

Anjuran untuk hadir saat sholat Idul Fitri memang merupakan perintah Rasulullah, baik anak-anak, wanita, gadis, janda, remaja maupun yang sudah tua untuk datang. Karena di hari itu terdapat kebaikan dan doa dari kaum Muslimin. 

Salah seorang sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas atau Ibnu Abbas mengisahkan, Rasulullah senantiasa keluar rumah bersama istri-istri dan anak-anaknya pada dua hari besar umat Islam tersebut. Ini menjadi bagian dari syiar Islam.

Rasulullah pernah berangkat untuk shalat pada hari raya. Lalu beliau mengerjakan shalat dua rakaat dan tidak menjalankan shalat lain sesudah atau sebelumnya.

Setelah Rasulullah melaksanakan sholat dan berkhutbah, biasanya beliau akan mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajarkan ilmu dan menasehati mereka. Kemudian memerintahkan mereka untuk mengeluarkan sedekah. 

Mengenai hal ini, Jabir bin Abdullah menyatakan, Nabi Muhammad pernah turun dari mimbar setelah sholat dan khutbah. Ia kemudian mendatangi kaum perempuan serta mengingatkan mereka untuk bersedekah. Kala itu, Muhammad bersandar pada tangan Bilal dan Bilal mengembangkan jubahnya. Tak lama berselang, para perempuan itu memasukkan sedekah ke dalam bentangan kain jubah itu.

 

Jabir bertanya pada Atha, apakah itu merupakan zakat fitrah dan dijawab bukan, melainkan sedekah pada hari tersebut. Ada di antara perempuan-perempuan itu yang melepas cincinnya dan apa pun yang mereka miliki. 

Usai sholat Idul Fitri, Rasululah terbiasa mengambil jalan yang berbeda ketika berangkat dan sekembalinya dari sholat. Satu kisah yang diceritakan Aisyah ketika Hari Raya Idul Fitri berlangsung. Dalam Kitab Fikih Sunnah 2 karangan Sayyid Sabiq, saat Idul Fitri, umat Muslim mengadakan permainan, bersenang-senang yang tidak melanggar aturan agama dan nyanyian yang syairnya bagus merupakan syiar agama yang disyariatkan Allah pada hari raya.

Kegiatan tersebut juga dapat melatih jasmani dan penyegaran jiwa. Nabi ketika itu datang ke Madinah, sedangkan penduduknya mempunyai dua hari raya yang mereka gunakan untuk mengadakan permainan dan bersenang-senang.

Rasulullah pun bersabda, Allah telah mengganti kedua hari raya kalian dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Saat itu, orang-orang Habasyah suka mengadakan permainan di hadapan Rasuullah pada hari raya.

Kemudian Aisyah pun menjulurkan kepala di atas bahu beliau, lalu beliau pun merendahkan kedua bahunya hingga Aisyah dapat menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasul. Aisyah terus melihatnya sampai puas kemudian ia berpaling.

Di Hari Raya juga, saat itu Abu Bakar, ayah Aisyah, masuk ke rumah Rasulullah. Kemudian dua budaknya sedang menyanyikan syair mengenai peristiwa Perang Bu'ats dimana banyak pemuka dari kedua suku yang tewas terbunuh.

Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah tentang tindakan dua hamba sahayanya yang bernyanyi menyerupai perilaku setan. Abu Bakar terus mengulang-ulang pertanyaan itu hingga tiga kali.

Bahkan Abu Bakar membentak hamba sahaya itu, namun Rasulullah mengatakan untuk membiarkan mereka dan kemudian Aisyah meminta kedua budak tersebut pergi. Banyak permainan lain yang dilakukan ketika hari raya.

Orang Sudan misalnya, selalu mengadakan permainan senjata dan perisai. Adakalanya Aisyah melihat dan adakalanya Rasulullah sendiri yang menawarinya untuk melihat tontonan ini.

 

 
Berita Terpopuler