Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar

Sahabat Nabi masuk Islam lewat berbagai cara.

MgIt03
Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam jalan mengantarkan para sahabat Nabi Muhammad ke dalam pangkuan Islam. Ada Salman Al Farisi, yang menempuh jalan dengan menguji beragam kepercayaan hingga membuktikan kebenaran Islam. Ada pula Bilal bin Rabah yang harus rela didera siksa untuk mempertahankan keyakinannya.

Simak pula kisah Zaid bin Sahal Al-Najjariy atau lebih dikenal sebagai Abu Thalhah. Pernikahannya dengan Ummu Sulaim, telah mengantarkannya untuk mengucapkan kesaksian akan keesaan Allah dan Muhammad, sang Nabi, sebagai utusan yang menuntun manusia menuju kepada jalan kebenaran.

Sebelum berislam, ia merasa yakin lamarannya tak akan ditampik oleh Ummu Sulaim, yang memang cantik dan cerdas. Sebab, ia adalah orang yang memiliki harta berlimpah. Tak hanya itu, ia pun berwajah tampan. Masyarakat umum pun mengakui akan kekayaan dan ketampanan Abu Thalhah dan mustahil lamarannya akan ditolak.

Ia memang mendengar, Ummu Sulaim telah berislam dan kerap mengaji untuk memperdalam agama barunya itu. Selain itu, suami pertamanya pun merupakan penyembah berhala seperti dirinya. Jadi mustahil lamarannya akan ditolak.

Pada saat Abu Thalhah mendatangi Ummu Sulaim untuk melamar, Ummu Sulaim yang telah berislam, berkata demi Allah, orang seperti Abu Thalhah, tidak mungkin ditolak jika ia melamar.

Hal yang patut disayangkan adalah ia masih dalam keadaan kafir. Sementara Ummu Sulaim adalah seorang wanita Muslimah. Tidak halal baginya untuk menikah dengan Abu Thalhah yang belum berislam.

Bagi Abu Thalhah, jawaban ini tak disangka sebelumnya. Ia telah begitu yakin lamarannya diterima dengan mudah. Kemudian, Abu Thalhah mendapatkan tawaran, jika ia berkeras hati untuk tetap menikahi Ummu Sulaim, maka menyatakan Islam sebagai agamanya adalah maharnya.

Ia tak dituntut untuk memberikan mahar yang mahal padahal ia orang yang paling kaya di kalangan Anshar. Ummu Sulaim tak meminta mahar yang berlimpah, hanya kesediaan Abu Thalhah memeluk Islam, menjadi mahar yang tak ternilai harganya.

Meski Abu Thalhah mulanya agak ragu, namun ia diyakinkan akan dibimbing dalam berislam. Pada akhirnya, Abu Thalhah menyatakan masuk Islam dan menjadikannya sebagai mahar untuk menikahi Ummu Sulaim. Sang mempelai wanita pun menerima dengan suka cita dan ucapan syukur kepada Allah atas anugerah terbesar itu.

Di atas landasan keimanan, mereka mampu membangun tatanan keluarga yang harmonis. Ummu Sulaim sangat menghormati suaminya dan begitu sabar dalam menjalani hidup bersamanya. Bahkan Nabi pun memberikan pujian terhadap Ummu Sulaim. Demikian pula dengan Abu Thalhah, yang memberikan curahan kasih sayang tulus kepada Ummu Sulaim.

Dan ternyata masuknya Abu Thalhah ke dalam pangkuan Islam bukan karena Ummu Sulaim semata. Ia memeluk Islam dengan sepenuh hati. Buktinya, ia kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling menonjol. Ia adalah sahabat yang sangat berani dan begitu pemurah karena kerelaanya berkorban di jalan Allah.

Bersama istrinya, mereka menyerahkan jiwa raganya demi kemajuan Islam. Mereka termasuk di antara tujuh puluh orang yang melakukan Bai'tul Aqabah, yaitu sumpah setia yang diucapkan kaum Muslim sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.

Baca Juga

Ia ditetapkan sebagai salah satu pimpinan yang ditetapkan Rasulullah ketika tiba di Madinah. Ia pun termasuk salah seorang pahlawan Islam yang senantiasa berjuang mendampingi rasul di berbagai medan perang. Namun di antara semua kelebihannya, hanya satu yang berkesan di hatinya yaitu sewaktu terlibat di Perang Uhud.

Kecintaanya terhadap Rasulullah tidak dapat dibandingkan dengan kecintaan terhadap yang lainya. Abu Thalhah tidak pernah merasa puas memandang wajah junjungannya, dan tidak pernah kenyang mendengarkan nasihat beliau.

Setiap bertemu Rasulullah, ia selalu menyatakan bahwa jiwanya menjadi tebusan bagi Rasul dan wajahnya juga akan menjadi pelindung wajah Rasul. Ucapannya itu, ia buktikan dalam Perang Uhud. Seperti yang tertulis dalam sejarah, perang itu menjadi pukulan tersendiri bagi umat Islam.

Kala itu, Rasulullah Muhammad mendapatkan luka yang cukup parah, beliau terkena panah musuh hingga gigi gerahamnya tanggal dan kulit di dahinya terkoyak. Hal ini membuat pasukan kafir mengira bahwa Muhammad telah terbunuh sehingga membuat semangat tempur pasukan Islam kendur dan meninggalkan medan pertempuran.

Lain dengan Abu Thalhah, ia tetap bersama Muhammad. Dengan segenap hati ia melindungi sahabatnya itu menggunakan tameng miliknya. Ia gunakan panah untuk melindungi diri dan sahabatnya itu. Pada saat Nabi berusaha melihat keadaan pasukannya yang tercerai berai dan tak terlindungi tameng, Abu Thalhah pun berseru kepada Nabi.

''Wahai Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, jangan engkau lakukan itu. Saya tidak ingin engkau menjadi sasaran anak panah musuh, biar leher saya saja yang terkena, asal jangan leher engkau,''

Selain pemberani, Abu Thalhah dikenal sebagai sahabat yang paling banyak hartanya di kalangan penduduk Madinah. Ia memiliki kebun kurma dan anggur yang sangat subur. Seringkali ia pun membelanjakan hartanya untuk kepentingan umat Islam.

Hartanya yang paling dia senangi adalah taman Bairuha' yang letaknya menghadap ke masjid. Suatu saat ia pun membagikan harta kesayangannya itu kepada kaum kerabatnya, atas saran Nabi.

Dikisahkan Abu Thalhah dikaruniai umur yang panjang. Namun kerentaannya, tak membuat ia berhenti berjuang di jalan Allah. Misalnya, pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan, ia bersikeras untuk bergabung dengan pasukan Islam dalam melakukan penyerangan melalui laut.

Meski sebenarnya, anak-anaknya melarangnya untuk bergabung dalam pasukan tersebut karena kerentaannya itu. Dan mereka menyatakan bahwa kedudukannya bisa digantikan oleh anak-anaknya yang gagah perkasa. Namun ia tetap dalam pendiriannya, hingga ia diizinkan bergabung dalam pasukan tersebut.

Namun, Allah berkehendak lain. Keinginannya untuk syahid dalam pertempuran tak tercapai. Dalam perjalanan, ia terserang penyakit hingga Allah SWT memanggilnya. Ia menutup lembaran hidupnya pada usia 75 tahun. 

 
Berita Terpopuler