Sepanjang Januari-Februari 63 Kasus DBD Terjadi di Indramayu

Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai ancaman penyakit DBD.

Antara/Syaiful Arif
Pasien penderita demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan (ilustrasi)
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebanyak 63 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Indramayu sepanjang Januari – Februari 2020. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai ancaman penyakit itu mengingat kondisi cuaca saat ini yang tidak menentu.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara, menyebutkan, dari 63 kasus itu, sebanyak 31 kasus terjadi pada Januari 2020. Sedangkan pada Februari 2020, kasus DBD naik satu kasus menjadi 32 kasus. "Selama dua bulan itu tidak terjadi kematian akibat penyakit DBD," kata Deden kepada Republika.co.id, Selasa (10/3).

Deden pun mengimbau masyarakat di Kabupaten Indramayu untuk tetap mewaspadai penyakit DBD. Pasalnya, saat ini kondisi cuaca tidak menentu sehingga banyak menimbulkan genangan air di lingkungan masyarakat.

Genangan air itu akan menjadi tempat favorit bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur. Nyamuk tersebut adalah penyebar virus Dengue penyebab penyakit DBD.

Baca Juga

Untuk itu, Deden meminta masyarakat untuk terus melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus. Yakni, mengubur, menguras dan menutup tempat penampungan air, serta pembubuhan bubuk abate.

Deden menilai, kegiatan PSN jauh lebih efektif dibandingkan fogging. Pasalnya, fogging hanya bisa membasmi nyamuk dewasa. Sedangkan larva nyamuknya tak bisa mati dan akan terus melanjutkan siklus DBD.

Selain itu, dengan melakukan fogging, maka sama artinya dengan menyemprotkan polutan ke lingkungan. Hal tersebut akan menimbulkan masalah kesehatan lingkungan bagi masyarakat. "Jangan lupa, jaga kondisi badan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat," tandas Deden. 

 
Berita Terpopuler