Bulog: Stok Daging tak Cukup untuk Kebutuhan Hingga Lebaran

Perum Bulog mendapat penugasan untuk mengimpor 100 ribu ton daging kerbau tahun ini

Foto : MgRol_92
Daging Impor
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menyatakan masih menunggu perizinan impor dari pemerintah untuk bisa merealisasikan penugasan impor daging kerbau beku sebanyak 100 ribu ton pada tahun ini. Stok yang tersisa saat ini dinilai kurang untuk bisa mengimbangi kenaikan kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Lebaran.

Diketahui, pasokan daging kerbau impor dari India yang tersisa di gudang Bulog hanya sekitar 500 ton. "Stok (Bulog) tidak banyak dan tidak memadai untuk kebutuhan puasa dan Lebaran," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Jumat (6/3). 

Awaluddin mengatakan, alokasi impor daging kerbau untuk tahun 2020 kepada Bulog diputuskan berdasarkan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) level Kementerian Koordinator Perekonomian. Seperti biasanya, Bulog ditugaskan untuk melakukan importasi komoditas pangan untuk kepentingan stabilisasi harga.

Adapun untuk daging sapi, Awaluddin mengatakan tidak ada penugasan yang diberikan kepada Bulog. Sejak beberapa tahun ke belakang, Bulog memang fokus untuk urusan importasi daging kerbau India yang dijual dengan harga maksimal Rp 80 ribu per kilogram.

Mengacu pada data Kementerian Pertanian, kebutuhan daging sapi/kerbau akan mengalami kenaikan mulai bulan Maret ini. Pada bulan ini, kebutuhan diperkirakan mencapai 57,5 ribu ton, kemudian meningkat menjadi 67 ribu ton pada April, dan meningkat lagi menjadi 74 ribu bulan Mei mendatang.

Sementara, ketersediaan daging dalam tiga bulan ke depan secara berturut-turut 28 ribu ton, 36 ribu ton, dan 43 ribu ton. Kekurangan tersebut dipenuhi dari stok daging impor maupun sapi bakalan impor masing-masing sebanyak 20 ribu ton, 20 ribu ton, dan 25 ribu ton. Dari perkiraan tersebut, pemerintah meyakini stok daging secara umum mengalami surplus sekitar 9,5 ribu ton. 

Baca Juga

 
Berita Terpopuler