Kak Seto Ingin Pemerintah Perbanyak Youth Center

Menurut Kak Seto, keberadaan Youth Center bermanfaat besar bagi remaja.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Tanding basket di gelanggang remaja. Kak Seto ingin gelanggang remaja diperbanyak.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menyarankan pemerintah agar membuat atau memperbanyak gelanggang remaja. Psikolog yang akrab disapa Kak Seto ini percaya keberadaan gelanggang remaja dapat membantu mencegah anak berperilaku menyimpang.

"Tujuannya agar anak-anak bisa mengembangkan potensinya," kata dia di Jakarta, Senin.

Menurut Kak Seto, gelanggang remaja semacam Youth Center atau pusat kepemudaan merupakan lokasi di mana anak-anak bisa secara bebas dan berkreasi menyalurkan bakat mereka. Apalagi, tidak semua anak dilahirkan berprestasi di bidang akademik dan mereka bisa unggul di sektor lain, misalnya, seorang anak mahir bermain musik atau olahraga, namun kurang cakap di akademik.

Gelanggang remaja tersebut juga harus didesain murah meriah agar semua anak dari berbagai kalangan bisa menikmati fasilitas. Ia mengingat, pada zaman Gubernur Jakarta Ali Sadikin pernah ada Youth Center.

"Dulu zaman Bang Ali, ada gelanggang remaja atau Youth Center. Dinamika anak diarahkan, tidak semuanya bisa berprestasi di bidang akademik," ujar dia.

Hal tersebut diyakini Kak Seto bisa menekan perilaku menyimpang remaja, seperti tawuran, narkoba, balap liar, dan sebagainya. Psikolog anak tersebut mengatakan setiap anak pada dasarnya memiliki dinamika yang berbeda. Hal itu bisa mengarah pada tindakan positif maupun sebaliknya sehingga peran orang tua, sekolah, serta lingkungan cukup mempengaruhi.

"Bisa positif kalau mereka jadi penari, pemain teater, olahragawan dan sebagainya," katanya.

Namun, menurut Kak Seto, jika hal tadi tidak tersalurkan dengan baik maka bisa mengarah pada perilaku menyimpang, di antaranya bergabung dengan geng motor, tawuran, atau narkoba.

Perilaku menyimpang anak, menurut dia, disebabkan oleh beragam faktor di antaranya lingkungan dan media sosial. Meskipun ada pemidanaan, untuk efek jera harus dilakukan secara edukatif.

"Pemidanaan ini harus bersifat rehabilitasi anak supaya kembali ke jalan yang benar," kata dia.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler