BNPB: Aktifkan Grup WhatsApp untuk Kesiapsiagaan Bencana

Informasi kebencanaan harus sampai ke level keluarga secara cepat.

Antara/Wahyu Putro A
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo (tengah) bersama (kiri ke kanan) Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Juliari Batubara, Mendagri Tito Karnavian dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memberikan keterangan seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (3/1/2020)
Rep: Sapto Andika Candra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta masyarakat untuk membentuk grup komunikasi via aplikasi WhatsApp di level keluarga. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan atensinya agar informasi kebencanaan yang akurat bisa sampai ke level keluarga secara cepat.

"Imbauan (dari pemerintah) untuk bentuk grup WhatsApp yang kiranya bisa berikan informasi (kebencanaan) hingga tingkat keluarga," ujar Doni usai menghadiri rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jumat (3/1).

Selain imbauan untuk membentuk grup WhatsApp keluarga demi kepentingan penyampaian informasi kebencanaan, BNPB juga melayangkan surat edaran kepada seluruh kepala BPBD Provinsi, Kapolda, dan Danrem di seluruh Indonesia untuk saling berkoordinasi terkait pencegahan, penanganan, dan pemulihan pascabencana. Koordinasi ini dianggap penting karena puncak musim penghujan baru akan tiba pada Februari-Maret 2020.

"Presiden jelaskan kembali kepada kami untuk sampaikan pesan kepada seluruh pemda agar kolaborasi pusat-daerah dan didukung TNI Polri dan relawan hendaknya menjadi suatau kekuatan yang bisa lakukan bergai upaya pencegahan, mitigasi, dan ketika terjadi keadaan darurat bisa meminimalisir korban," ujar Doni.

Pemerintah juga mengimbau masyarakat yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) untuk meningkatkan kewaspadaan dan memahami langkah-langkah evakuasi. Doni pun meminta pimpinan daerah memiliki ketegasan untuk mencegah ada warga tetap tinggal di daerah berisiko tinggi terhadap bencana.

"Tempat yang dulu pernah menjadi tempat air, seperti perumahan yang dulu ditimbun, tolong diwaspadai. Yang dulu daerah rendah," katanya.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler