Pengunjuk Rasa Prancis Dituduh Sabotase Jaringan Listrik

Unjuk rasa di Prancis telah berlangsung selama sepekan.

Guillaume Horcajuelo/EPA
Unjuk rasa serikat pekerja yang memprotes perombakan sistem pensiun di Prancis, Kamis (5/12).
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perusahaan penyalur listrik Prancis mengatakan jaringan mereka di Paris dan beberapa kota lainnya di Prancis disabotase pengunjuk rasa. Selama satu pekan terakhir Prancis diterpa unjuk rasa yang memprotes reformasi sistem pensiun Presiden Emmanuel Macron.

Baca Juga

Pejabat operator penyalur listrik RTE mengatakan sabotase menyebabkan puluhan ribu rumah di seluruh Prancis mati lampu. RTE salah satu unit perusahaan energi badan usaha milik pemerintah Prancis EDF.

"Perusahaan dengan tegas mengecam aksi sabotase yang diamati dalam jaringan listrik yang menyebabkan mati listrik," kata operator tersebut dalam pernyataan mereka seperti dilansir Aljazirah, Rabu (18/12).

Kepala serikat pekerja Philippe Martinez mengatakan para anggota serikat pekerja tidak dengan sengaja memotong aliran listrik rumah tangga. Tapi terkandang memang mengincar listrik gedung-gedung pemerintahan dan perusahaan besar.

Perusahaan berencana memberikan tindakan displin kepada pekerja. Setelah generator listrik berkurang lebih dari 2,4 Giga Watt. Dilaporkan sebagai besar pemadaman terjadi pada pembangkit listrik tenaga hidro-karbon dan tenaga air.

Prancis memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tapi sekitar 167 ribu rumah di barat daya wilayah Gironde dan kota-kota di Nantes, Lyon dan Orleans mengalami pemadaman listrik.

Pemadaman terjadi saat unjuk rasa di Paris dan seluruh Prancis masih berlanjut. Para pengunjuk rasa memprotes apa yang serikat pekerja sebut pembatasan tunjangan dan hak pekerja.

Pemimpin unjuk rasa mengatakan rencana menambah usia pensiun dan menyatukan skema pensiun dapat membuat sebagian besar pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Unjuk rasa tersebut membuat Menara Eiffel ditutup.

 
Berita Terpopuler