Saham Garuda Anjlok, Pasar Dinilai Kecewa dengan Manajemen

Pasar merasa Garuda Indonesia masih belum bisa diandalkan.

Republika/Friska
Saham Garuda Indonesia (ilustrasi). Harga saham emiten penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) merosot pada perdagangan Rabu (11/12), didorong oleh kekecewaan investor pada manajemen emiten tersebut.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga saham emiten penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) merosot pada perdagangan Rabu (11/12). Pelemahan saham Garuda didorong oleh kekecewaan investor pada manajemen emiten tersebut.

Baca Juga

Pada sesi awal, saham Garuda sempat dibuka menguat di level 515. Namun seiring berjalannya waktu, harga saham mulai menyentuh zona merah di level 510 pada penutupan sesi pertama. Penurunan harga saham terus berlanjut hingga melemah 2,91 persen ke level 500 pada penutupan perdagangan hari ini. 

Pelemahan ini dinilai disebabkan oleh kekecewaan pasar terhadap kasus yang membelit perusahaan pelat merah ini. "Setelah terjadi penggelapan, terungkap beberapa kasus lainnya yang menunjukkan morat-marit manajemen," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim, Rabu (11/12).

Akibatnya, pasar merasa Garuda Indonesia masih belum bisa diandalkan. Sehingga pasar pun melakukan aksi profit taking.

Menurut Ibrahim, pemberhentian sejumlah direksi yang dilakukan Kementerian BUMN belum cukup mampu menjadi katalis positif bagi saham Garuda Indonesia. Pasalnya, setelah pemberhentian direksi, permasalahan lainnya mulai bermunculan. Beberapa petinggi anak perusahaan juga mengalami kekosongan lantaran posisi tersebut juga diintervensi oleh direksi Garuda. 

"Direktur terlalu mengintervensi apa yang seharusnya tidak diintervensi. Garuda sudah menyelahi aturan SOP yang ada, Ini membuat investor melakukan profit taking," kata Ibrahim. 

Ibrahim mengatakan kepercayaan investor terhadap Garuda Indonesia bisa kembali pulih apabila kursi direksi ditempati oleh orang-orang yang profesional. Sebaliknya, pelemahan akan berlanjut apabila posisi direksi diisi oleh pemimpin yang tidak berintegritas. 

 
Berita Terpopuler