Hasil Studi: Polusi Udara Pengaruhi Tingkat Kebahagiaan

Peneliti MIT menemukan fakta polusi membuat masyarakat kota di China kurang bahagia

Republika/Wihdan Hidayat
Polusi Udara
Rep: Febryan A Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polusi udara seperti yang kerap ditemui di kota-kota besar ternyata mempengaruhi tingkat kebahagian warganya. Studi menemukan korelasi ini setelah mempelajari polusi yang begitu parah di banyak kota di China.

Memang China dalam beberapa tahun terkahir tengah berjuang untuk mengurangi polusi yang telah membuat kota-kota mereka 'lumpuh'. Setelah riset mendapati bahwa polusi di negara tirai bambu itu mengakibatkan kerugian hingga 38 miliar dolar AS.

Baca Juga

Kini peneliti dari MIT menemukan bahwa polusi di China juga membuat masyarakat urban disana memiliki level kebahagian yang rendah.

Karya ilmiah yang dipublikasikan pada 24 Mei dalam Jurnal Nature Human Behaviour, sebuah riset yang dipimpin oleh Siqi Zheng (Direktur Fakultas China Future Lab di MIT), itu menunjukan bahwa semkin tinggi polusi udara berhubungan dengan pengurangan level kebahagian masyarakat.

Meski pertumbuhan ekonomi mencapai delapan persen, tetapi level kepuasan rakyat China yang tinggal di wilayah urban tak meningkat seperti yang diharapkan.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa polusi udara merusak kesehatan, kinerja kognitif, dan produktivitas kerja. Ternyata dalam penelitian Zheng juga ditemukan bahwa polusi udara memiliki dampak pada kehidupan sosial dan prilaku masyarakat.

"Polusi udara menuntut biaya emosional. Orang-orang menjadi tak bahagia berarti mereka akan membuat banyak keputusan yang tak rasional," terang Zheng, dilansir World Economic Forum.

Pada hari-hari yang tercemar polusi, menurut Zheng, orang akan akan berprilaku implusif yang kemudian akan mereka sesali. Hal itu karena depresi dan kecemasan jangka pendek.


 
Berita Terpopuler