Setahun Citarum Harum (1)
Limbah berwarna-warni kerap ‘mewarnai’ sungai ini.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membentang 300 km dari hulu sungai hingga muara di utara pulau Jawa, Sungai Citarum memiliki sejarah panjang di Tatar Sunda. Kini seiring perkembangan di era modern sungai ini memutar turbin listrik di dua bendungan raksasa, mengairi 400.000 hektar sawah. Tidak kurang 28 juta penduduk menggantungkan hajatnya pada aliran sungai ini.
Pada tahun 70-an pabrik-pabrik bermunculan di sepanjang sungai. Tidak kurang dari 3200 pabrik kini berdiri di sepanjang aliran sungai dan anak sungai Citarum. Puluhan ton limbah rumah tangga, kotoran hewan ternak dan manusia dibuang ke aliran sungai ini setiap harinya.
Berbagai jenis polutan kimiawi seperti Merkuri, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan Klor pun ikut dibuang ke Citarum. Menurut Dinas Lingkungan Hidup setempat 90 persen pabrik yang ada di aliran sungai ini tidak memiliki instalasi pengolah limbah. Sebuah kantor berita asing bahkan menasbihkannya ‘sungai terkotor di dunia’pada sungai Citarum.
Kepala Loka Riset Pemacuan Stok Ikan di Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Didik Wahju Hendro Tjahjo, mengatakan sebanyak 14 jenis ikan asli Sungai Citarum diperkirakan telah punah dalam kurun 40 tahun hingga 2007. Selain oleh perubahan habitat pemijahan dan pembesaran akibat pembendungan sungai, ikan-ikan itu punah karena tak mampu beradaptasi dengan air yang kian tercemar oleh limbah.