Perjalanan Syafii Antonio Memeluk Islam (I)

semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhi

Republika/Mahmud Muhyidin
Anggota Dewan Pakar ICMI Muhammad Syafii Antonio memberikan paparanya saat acara Diskusi Dialektika ICMI di Kantor Pusat ICMI, Jakarta, Rabu (11/7).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ratna Ajeng Tejomukti

Syafii Antonio memiliki nama asli Nio Cwan Chung. Dia lahir di Sukabumi, Jawa Barat tepat 12 Mei 1965. Syafii dibesarkan di lingkungan Keluarga Konghucu. Ayahnya merupakan pembesar agama tersebut.

Meski menganut Konghucu, sejak kecil dia akrab dengan Islam karena teman- temannya adalah Muslim taat yang setiap hari selalu mendirikan shalat lima waktu. Karena sering bergaul dengan Muslim dan melihat mereka shalat, dia pun mempelajari tata cara shalat, bahkan melaksanakannya. Meski belum bersyahadat, dia selalu menyempatkan diri untuk shalat lima waktu.

Meski ayahnya pendeta, dia dan keluarga lainnya diberikan kebebasan untuk memilih agama. Saat itu dia memilih memeluk Kristen dan berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio.

Syafii tidak mendapat larangan dari ayahnya saat berpindah agama menjadi Kristen. Namun, jika keluarganya mendengar dia memeluk Islam, sudah dipastikan sang ayah akan kecewa.

Ini karena ayahnya yang masih berpandangan negatif terhadap umat Islam. Meskipun dia mengetahui bahwa ajaran Islam mengandung banyak kebaikan seperti yang diajarkan Alquran dan hadis. Namun, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan dan menunjukkan kebaikan tersebut dalam keseharian.

Yang jelas terlihat dalam keseharian, umat Islam berada dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Bahkan, banyak berita yang didengar oleh Syafii bahwa mereka melakukan tindakan memalukan dengan mencuri sandal di masjid dan mushala.

Keindahan dan kebaikan ajaran Islam justru dinodai oleh perilaku umatnya sendiri. Inilah yang membuat ayah Syafii tidak senang dengan umat Islam.

Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati maka di saat berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, Syafii memutuskan untuk memeluk agama Islam.Dia dibimbing oleh KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Namanya kemudian diganti menjadi Syafii Antonio.

Keputusan untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan dari pihak keluarga. "Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi," jelasnya.

Perlakuan keluarga terhadapnya tak dihadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya.

Dia bersyukur perlakuan dan sikapnya terhadap mereka membuahkan hasil. Tak lama kemudian ibu yang melahirkannya mengikuti Syafii bersyahadat. Setelah mengikrarkan diri, Syafii terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian, dia mempelajari bahasa Arab di Pesantren an- Nidzom, Sukabumi, di bawah pimpinan KH Abdullah Muchtar.

Lulus SMA kemudian Syafii melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun tidak lama, ke mudian dia melanjut kan sekolah ke Uni versity of Jordan (Yordania). Selesai studi S1 Syafii melanjutkan program S2 di International Islamic Uni versity Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.

Selesai studi, dia kemudian bekerja dan mengajar di beberapa universitas. Segala aktivitasnya sengaja dia arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara- saudara Muslim Tionghoa, dia aktif pada Yayasan Haji Karim Oei.

Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bim bingan shalat, membaca Alquran, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam.

Saat ini M Syafii Antonio aktif diber bagai Lembaga Keuangan Islam/Syariah baik Bank maupun Non-Bank, dan mem bina berbagai pendidikan syariah.

 
Berita Terpopuler