Islam Menjaga Keseimbangan dan Toleransi

Islam agama yang mengajak kedamaian dan menjaga keutuhan manusia.

Republika/ Wihdan
Shalat Idul Adha Palembang. Foto aerial saat warga menunaikan shalat Iedul Adha di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin, Palembang, Rabu (22/8).
Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Zahrotul Oktaviani, Umi Nur Fadhilah

Peringatan Idul Adha 1439 Hijriyah diharapkan menjadi momentum untuk mempererat persaudaraan dan silaturahim. Persaudaraan dan silaturahim perlu diperkuat untuk menjauhkan diri dari sikap intoleransi.

Pesan tersebut disampaikan khatib shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Ustaz Yusnar Yusuf Rangkuti. "Dalam surat al-Hujarat ayat 10 disebut orang yang beriman adalah saudara, maka damaikanlah di antara dua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT," ujar Ustaz Yusnar.

Ketua Umum Pengurus Besar al-Washliyah itu menjelaskan, usaha untuk mengukuhkan tali persaudaraan termasuk jihad. Hal itu dapat mengalahkan berbagai jenis musuh, termasuk untuk melawan musuh yang berada di dalam diri sendiri.

Dia menambahkan, persaudaraan yang terjalin atas dasar silaturahim dapat menangkal perilaku ekstrem, radikal, adu domba, hingga perpecahan. "Dan hal lainnya yang berujung pada permusuhan," katanya.

Ia kemudian mengingatkan jamaah terkait surah al-Anfal ayat 46 yang meminta manusia untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta jangan saling bermusuhan. "Dalam surat al-Anfal ayat 46 berbunyi, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," ucapnya.

Ustaz Yunar mengatakan, Islam adalah agama yang berasaskan keseimbangan dan toleransi. Islam juga melarang adanya penindasan, kezaliman, permusuhan, serta intoleransi.

Islam, dia menegaskan, merupakan agama yang membawa kebaikan. "Mari perkuat tali persaudaraan, rukun, dan harmonis. Jadikan kemakmuran negara sebagai bukti solidaritas umat dalam membentuk negara yang aman," ujar Ustaz Yusnar.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menjelaskan, tema silaturahim dan intoleransi diangkat dalam khutbah karena sangat tepat dengan kondisi dan situasi Indonesia yang sedang memasuki tahun pemilihan umum. "Sudah seharusnya kita kembali ke jati diri Indonesia, yakni bangsa yang bersatu," ujar Umar seusai melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan kepada masyarakat agar Idul Adha dijadikan sebagai membangkitkan semangat rohaniah. Dia menjelaskan, spirit rohaniah mampu membuat setiap insan selalu dekat dengan Allah SWT.

"Manfaatnya, kita akan selalu menjadi orang yang berbuat kebaikan secara tulus," katanya.

Haedar juga yakin jiwa rohaniah mampu menjadi benteng terbesar untuk bangsa Indonesia. Benteng tersebut menjadikan setiap insan menghindari perbuatan yang merugikan orang lain. "Tidak akan ada korupsi biarpun banyak kesempatan, tidak akan sewenang-wenang biarpun banyak peluang, dan juga tidak kalah penting berbuat kebaikan," ujar dia.

Selain itu, Haedar menekankan agar peringatan Idul Adha juga dijadikan semangat untuk berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara. Ia juga mendorong masyarakat mengedepankan etika dalam menjalani kehidupan, baik dari segi sosial, politik, maupun ekonomi.

 
Berita Terpopuler