Kezuhudan Nafisah tak Membuatnya Antisosial

Republika/Prayogi
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Rep: Amri Amrullah Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kezuhudan Nafisah yang telah berhaji sebanyak 30 kali ini tak lantas membuatnya antisosial. Ia adalah sosok yang peduli sesama, suka memberi, dan menolong mereka yang membutuhkan atau teraniaya. Ia pernah menolong seorang hartawan yang terampas haknya oleh pemerintah. 

Ia menentang keras kezaliman tersebut dan berjuang agar hak tersebut dikembalikan. Perjuangannya terkabul. Hartawan itu akhirnya memberikan hadiah 100 ribu dirham. Ini sebagai ucapan terima kasih. Ia terima hadiah itu dan membagikannya untuk fakir miskin kendati ia sendiri hidup serbakekurangan.

Konsistensi terhadap jalan zuhud itu bertahan hingga ajalnya menjemput pada Ramadhan 208 H. Ia meninggal dalam kondisi berpuasa. Permintaan untuk membatalkan puasanya tak ia gubris. Ia wafat dengan kemuliaan.

Ia membaca, ”Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.” (QS al-An'aam [6]: 127).

Dengan untaian kalimat syahadat, ia menghadap Tuhan-Nya. Meninggalkan kisah keteladanan yang kekal dan mewangi.

 
Berita Terpopuler