Bentengi Diri dengan Akidah

Republika/Edwin Dwi Putranto
Ahmad Satori Ismail
Rep: sri handayani Red: Damanhuri Zuhri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengatakan, ada beberapa pedoman untuk dapat membentengi diri dari aliran-aliran yang menyimpang dari Islam. 

Pedoman pertama, ungkap doktor dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi ini, seorang Muslim perlu memahami kewajiban untuk menjalankan ajaran Islam Alquran dan Sunnah.

Kedua, Islam mengandung tiga inti ajaran yaitu akidah, ibadah, dan akhlak. Ketiga, selain melaksanakan kewajiban dalam ajaran Islam, seorang Muslim juga diminta untuk berjamaah dan berkelompok.

"Maksudnya mengamalkan Islam itu tidak bisa sendiri, kita membutuhkan jamaah, sehingga tidak terpental dari ajaran Islam yang benar," ujar Kiai Satori saat dihubungi Republika, Rabu (3/2).

Pedoman keempat adalah senantiasa memperdalam ilmu agama. Kiai Satori menekankan, seorang Muslim dilarang meninggalkan menuntut ilmu. "Minimal satu pekan sekalilah," ujar dia menjelaskan.

Penyimpangan ajaran-ajaran Islam terkait erat dengan perkara akidah. Menurut Kiai Satori, akidah memang merupakan inti dari agama Islam. Namun, akidah juga sangat terkait dengan ibadah. Hasil dari ibadah akan tampak pada akhlak dan moral manusia.



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain membentengi dari aliran menyimpang, menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. pemahaman akidah yang baik akan menjadikan seseorang menjadi umat yang baik pula. Oleh karena itu, pendidikan akidah yang baik pada dasarnya menjadi hak dasar seorang Muslim.

Kiai Satori menjelaskan, pengajaran akidah merupakan kewajiban orang tua. Mereka hendaknya menanamkan akidah Islam kepada anak-anaknya sejak masih kecil.

Namun, ada pula orang tua yang tidak mampu atau tidak mempunyai kapasitas pengetahuan yang cukup untuk menjelaskan perkara akidah kepada anaknya. Maka, mereka wajib memberikan pendidikan melalui sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang baik.

Menurut Kiai Satori, kemajuan teknologi memang memudahkan manusia untuk mengakses sumber-sumber pembelajaran agama dengan lebih mudah. Namun, kehadiran guru atau ustaz penting untuk memberikan pemahaman yang baik.

Dalam mempelajari akidah, seorang Muslim hendaknya memilih guru yang baik. Guru tersebut harus mampu memahami kebutuhan spiritual muridnya.

Seseorang bisa saja belajar pada beberapa guru untuk perkara-perkara tertentu, misalnya fikih, akhlak, dan lain-lain. Namun, akan lebih baik jika ada seorang guru yang mampu memahami perkembangan spiritualnya, sehingga materi yang perlu diajarkan akan diberikan dengan tuntas.


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Persatuan Islam (PB Persis) Ustaz Irfan Syafruddin mengatakan belajar agama Islam tak seharusnya dilakukan secara otodidak, baik melalui buku, artikel, video, maupun rekaman.

Kehadiran guru secara fisik sangat penting untuk menjawab pertanyaan yang muncul dan memberikan pemahaman yang benar.

"Yang paling baik, belajar Islam itu ke lembaga pendidikan atau ke lembaga yang kita kenal. Itu salah satu cara menghindari penyimpangan. Atau kepada kiai atau ustaz yang sudah dikenal," ujar Ustaz Irfan.

Sayangnya, saat ini beban dakwah yang diemban para ulama lebih berat dengan banyaknya guru dan tokoh agama yang meninggalkan area pedesaan ke kota-kota besar. Ada pula upaya untuk melemahkan para ulama dengan berbagai isu.

"Kelemahan itu yang dicari dan diblow up. Padahal dalam Islam, kelemahan atau aib itu harusnya ditutupi," kata Ustaz Irfan menerangkan.

Dalam menuntut ilmu, seorang Muslim hendaknya bersifat adil. Artinya, suatu ilmu harus dipelajari dari hal yang paling dasar. Secara berurutan pembelajaran agama Islam hendaknya dimulai dari akidah, ibadah, akhlak, kemudian muamalah.

Untuk dapat menguasai semua itu, umat Islam perlu memahami Bahasa Arab dan tajwid sebagai modal untuk mempelajari Alquran dan Hadis. Setelah itu, pembelajaran dapat beranjak pada hafalan Alquran dan hadis.

Tahapan selanjutnya, yaitu menganalisa Alquran dengan metode tafsir yang telah ada, serta menganalisa hadis dengan syarahnya. Di tahap akhir, ilmu agama yang telah dipelajari hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan.


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan Islam yang baik sesuai dengan kaidah yang benar akan mampu membentengi Muslim dari aliran-aliran menyimpang yang berkembang saat ini. Menurut Ustaz Irfan, ada lima langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat hal ini.

Pertama, hubungan antarumat Islam saat ini sangat rentan. Ada banyak sekali kelompok-kelompok kecil berkembang tanpa pengawasan. Di satu sisi, kelompok ini dapat menjadi pemicu perpecahan.

Di sisi lain, komunitas ini, seharusnya mampu menjadi filter berkembangnya pengaruh-pengaruh aliran menyimpang saat ini.

Kedua, masyarakat hendaknya lebih arif dalam menggunakan teknologi. Harus ada kesadaran untuk memfilter diri dari informasi-informasi yang tidak bermanfaat dan bersifat provokasi serta propaganda.

Ketiga, pengajian di berbagai daerah yang beberapa periode terakhir mulai sepi perlu ditingkatkan lagi. Dengan begitu, masyarakat terikat dengan jamaah dan tidak mudah terpengaruh informasi yang menyesatkan.

Keempat, pemerintah sebagai penyelenggara negara, dalam hal ini Kementrian Agama, harus intens mengadakan pembinaan kepada masyarakat. "Pemerintah dananya besar sekali, sehingga mereka bisa diberikan tambahan tugas selain di kantor," ujar Ustaz Irfan.

Kelima, lembaga-lembaga lain seperti organisasi masyarakat (ormas), masjid, dan berbagai yayasan Islam harus bersinergi menghadapi pengaruh-pengaruh tersebut.

Selanjutnya, Ustaz Irfan berpesan agar masyarakat mau berpegang kepada salah satu ormas yang mainstream, yang telah malang-melintang dalam dunia dakwah di Tanah Air. Selain itu, kehadiran lembaga seperti MUI harus diberdayagunakan.


 
Berita Terpopuler