Empat Pilar MPR Dalam Seni Budaya Lampung

dok MPR RI
Bambang Sadono.
Red: Maman Sudiaman

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sosialisasi Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sangat perlu untuk dipahami dan diamalkan oleh seluruh lapisan rakyat Indonesia. Dengan berbagai metode yang efektif dilaksanakan MPR seperti melalui seminar, diskusi, pelatihan untuk pelatih.

Tapi, tidak semua rakyat memahami soal metode sosialisasi seperti diskusi dan seminar. Metode penyampaian perlu dikembangkan untuk memberikan pemahaman soal ketatanegaraan kepada rakyat dengan media komunikasi yang efektif yakni dengan metode pagelaran seni budaya.

Menurut Ketua Badan Kajian MPR, Bambang Sadono, setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri khas seni dan budayanya. Semisal pertunjukan wayang, seni tari, seni teater, dan seni budaya warahan Lampung. Warahan adalah pagelaran seni percampuran antara teater, seni tari, dan seni sastra berisi nasihat dan wejangan baik diselipi candaan dan pantun.

Seni dan budaya, menurut Bambang, adalah media strategis dalam pemyampaian pemahaman soal Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Seni seperti Warahan ini memiliki bahasa komunikasi yang sangat dimengerti dan dipahami rakyat sehingga diharapkan pesan-pesan soal empat pilar MPR bisa dengan mudah sampai dipahami rakyat," ujarnya dalam acara Pagelaran Seni Budaya Warahan kerjasama Dinas Pariwisata Pemprov Lampung dan MPR RI dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Taman Budaya Pemprov Lampung, Sabtu (5/9) malam.

Acara ini juga dihadiri Pimpinan Fraksi PDIP MPR Yoseph Umar Hadi, Pimpinan Fraksi Nasdem MPR Tamanuri, Pimpinan Fraksi Hanura MPR Djoni Rolindrawan, Pimpinan Fraksi Gerindra MPR Dwita Ria Gunadi, Pimpinan Fraksi PKS MPR Abdul Hakim, Pimpinan Fraksi Demokrat MPR Zulkifli Anwar dan Pimpinan Fraksi PAN MPR Ali Taher serta pejabat teras Pemprov Lampung dan sekitar 300 penonton dari berbagai kalangan masyarakat.



REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pagelaran seni dan budaya seperti Warahan Lampung, menurut Ketua Badan Kajian MPR, Bambang Sadono, bermaksud ingin mengingatkan kembali komitmen kebangsaan anak bangsa kepada Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini bukan tanpa maksud kita harus menyadari makna dari empat pilar itu sedalam-dalamnya dan juga tekad bulat untuk mengamalkannya.

MPR memandang sangat perlu soal pemahaman nilai-nilai luhur bangsa tersebut ke seluruh elemen bangsa. Karenanya, MPR tidak bosan-bosannya melakukan sosialisasi di segala elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga komitmen kebangsaan itu.

"Ke depan kami berharap para seniman untuk lebih berkiprah serius dalam menjaga komitmen kebangsaan kita," katanya.

Pagelaran Warahan ini sendiri digelar tepat pukul 20.00 WIB dengan lakon "Siapa Yang Menabur Dia Yang Menuai. Alur kisah ini menceritakan tentang seorang petani bernama Mandok yang sangat rajin sehingga menuai kesuksesan. Tapi, kesuksesan ini membuat iri dan dengki tetangganya hingga mempersulit kehidupan pak Mandok dengan berbagai cela dan fitnah. Kisah ini akhirnya berakhir dengan terkuaknya siapa dalang fitnah kepada pak Mandok.


 
Berita Terpopuler