Ini Kata CEO Go-jek Soal 'Teror' Ojek Pangkalan

ROL
Gojek, usaha jasa antar
Rep: MGROL38 Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar mengenai 'gesekan' antara pengendara layanan jasa penyewaan motor Go-jek dengan ojek pangkalan beberapa pekan ke belakang berusaha ditanggapi positif CEO Go-jek Nadiem Makarim. Menurut Nadiem, kabar mengenai perseteruan Go-jek vs ojek baru terlihat dari satu sisi saja.

Padahal, menurut dia, di sisi lain banyak juga ojek pangkalan yang justru tidak merasa tersaingi dan menunjukan minat ingin bergabung bersama Go-jek.  

"Ada yang media tidak beritakan, yakni banyak pangkalan ojek yang justru datang ke perusahaan kita. Mereka ingin bergabung," tuturnya di Jakarta, Selasa (30/6).

Meski tidak bisa memperkirakan berapa jumlah ojek pangkalan yang akhirnya bergabung, namun Nadiem meyakini jumlahnya cukup banyak.

Bahkan dirinya juga mengklaim, banyak pangkalan yang tiba-tiba mendadak sepi lantaran para ojek yang telah bergabung dengan Go-jek sering kebanjiran order.

"Biasanya mereka harus ke pangkalan saat menunggu penumpang, tapi kini mereka menjadi lebih sering kebanjiran orderan penumpang sehingga tidak sempat ke pangkalan. Pangkalan hanya menjadi home stay ketika mereka merasa lelah dan ingin bersantai sebentar," paparnya.

Bagi Nadiem, hal tersebut justru positif karena para pengojek tidak perlu buang-buang bensin hanya untuk ke pangkalan.

Sementara itu, menanggapi isu 'teror' terhadap pengendara Go-jek, Nadiem tidak menampik memang kejadian itu ada. Ia mengaku mengetahui ada beberapa gejala tindakan kekerasan di jalan.

Dirinya pun mengatakan, Gojek telah bekerjasama dengan aparat hukum dan tidak mentoleransi tindakan kekerasan apapun. Namun bagi Nadiem, gejala tindakan kekerasan itu sebenarnya berawal dari kurangnya kepahaman mengenai Go-jek.

"Kalau sudah ada gejala kekerasan, akan ada aparat hukum yang akan turun untuk melakukan sosialisasi mengenai Go-jek," jelasnya.

 
Berita Terpopuler