Sulawesi Utara Ekspor Sabut Kelapa ke Cina

Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)
Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Olvie Atteng mengatakan Sulut mengekspor sabut kelapa ke Cina sebanyak 24,4 ton menghasilkan devisa 109,958 dolar Amerika Serikat (AS) di pekan keempat Maret 2014.

Dari produk serat sabut akan menghasilkan aneka macam produk derivatif yang banyak manfaatnya, termasuk berupa pupuk organik bahkan dibuat jok mobil, kata Olvie di Manado, Selasa (1/4).

Katanya, bahan baku sabut kelapa melimpah di Sulut, namun tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja, ternyata memiliki nilai jual yang tinggi.

"Dulu gonofu (sabut kelapa) hanya dibuang sekarang kami beli, mudah-mudahan ekspor sabut kelapa memberi kemajuan ekonomi daerah," katanya.

Biasanya sabut kelapa hanya dibuang percuma oleh masyarakat ataupun dijadikan bahan bakar rumah tangga. Pedagang membeli sabut kelapa dengan harga Rp 300 per kilogram. "Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) kelapa, berupa serat-serat kasar. Sabut biasanya menjadi limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar," jelasnya.

Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut masih memiliki nilai ekonomis cukup baik. Sabut kelapa diolah menghasilkan serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir). Namun produk inti dari sabut adalah serat sabut.


 
Berita Terpopuler