Contra Flow Lebih Tepat di Jalan Reguler

Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah kendaraan bermotor menyerobot jalur "busway" untuk menghindari kemacetan di Jatinegara, Jakarta Timur.
Rep: Roshma Widiyani Red: Taufik Rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA---Penerapan jalur lawan arah ( contra flow) untuk mengoptimalkan sterilisasi di jalur busway belum tentu tepat. Contra flow lebih tepat diterapkan di jalur reguler.

"Jalur busway eksklusif. Harusnya tidak boleh ada kendaraan lain yang menggunakannya. Contra flow ini hanya opsi," kata pengamat transportasi Achmad Izzul Waro, pada Sabtu (25/50.

Menurut Achmad, penerapan contra flow berarti perubahan perilaku masyarakat. Sebelumnya mereka harus diberitahu pemberlakuan jalur lawan arus. Hal ini untuk meminimalisir kecelakaan yang mungkin terjadi.

Selain itu para petugas di lapangan harus siap. Mereka tidak boleh segan menegur masyarakat yang nekat. "Konsistensi pihak berwenang diperlukan. Jangan mau dibeli. Sebetulnya warga Indonesia takut aparat. Tapi kalau sudah bisa dinego, wibawa itu runtuh," kata Achmad.

Bagaimana dengan contra flow di jalur busway. Contra flow memang menghasilkan beberapa keuntungan. Pemanfaatan jalur busway menjadi lebih maksimal. Beban yang ditanggung ruas jalan nyaris sama. Masyarakat juga diuntungkan, karena ruas jalan yang digunakan bertambah. Kerugian yang diterima masyarakat dan Transjakarta nyaris tidak ada.

Namun Achmad memperingatkan, metode ini tidak bisa berhasil di semua koridor. Dia mengatakan, cara ini mungkin bisa dicoba di koridor enam jurusan Dukuh Atas-Ragunan. Pada pagi hari semua jalur busway, digunakan untuk bus yang ke arah utara.

Sementara bus arah ke selatan, menggunakan jalur reguler. Sementara untuk koridor satu jurusan Blok M-Kota, Achmad mengatakan tidak perlu. Pada koridor ini masyarakat sudah bisa menerima kehadiran busway. Sehingga mereka segan menerobos masuk jalurnya

 
Berita Terpopuler