OKI Bakal Luncurkan Bantuan Bagi Pengungsi Suriah

AP
Kamp pengungsi Suriah di Yayladagi, Turki. Mereka meninggalkan negaranya karena tertindas oleh rezim otoriter Presiden Bashar Al-Assad.
Rep: Hannan Putra Red: Dewi Mardiani

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah menetapkan beberapa program kemanusiaan  untuk mengatasi kondisi pengungsi di Suriah yang kian memburuk. Program tersebut akan segera diluncurkan dalam beberapa hari ke depan. Hal tersebut disampaikan Asisten Sekjen OKI, Ata Al-Mannan Bakhit, dalam sebuah konfrensi pers kemarin (6/5) yang berlangsung di Jeddah, Arab Saudi.

Ia juga sempat memuji Pemerintah Arab Saudi yang banyak berkontribusi untuk program kemanusiaan OKI. "Kerajaan Arab Saudi sudah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam program kemanusiaan yang kami adakan," ungkapnya, seperti dilansir Arabnews, Senin (7/5).
 
Sekitar 60 persen dari pengungsi dunia tinggal di negara-negara muslim seperti Pakistan, Iran, Suriah, Sudan, dan Somalia. "Kami harus menemukan solusi radikal untuk masalah ini dengan partisipasi dari negara-negara mengekspor dan menerima pengungsi serta organisasi-organisasi bantuan internasional," jelasnya.
 
Bakhit menunjukkan bahwa jumlah total pengungsi di negara-negara OKI bisa mencapai 18 juta dalam 10 tahun ke depan sebagai akibat dari krisis politik dan bencana alam. Dia mengatakan akan mengumumkan program jangka panjang untuk menangani akar permasalahan meningkatnya jumlah pengungsi.
 
"Deklarasi Ashgabat akan menyoroti visi OKI untuk menangani masalah pengungsi di dunia. Pertemuan itu juga akan membahas alasan politik, ekonomi dan sosial bagi peningkatan jumlah pengungsi," tambahnya.
 
Bakhit mengatakan tidak ada pengungsi Suriah di negara-negara Teluk. "Mereka terutama berpusat di Turki (25 ribu orang), Yordania (9.000 orang), Irak, dan Lebanon," katanya mengutip laporan yang dikeluarkan oleh UNRWA. Suriah telah membuka diri dari bantuan sejumlah organisasi internasional seperti UNRWA dan Palang Merah kepada korban kekerasan.
 

 
Berita Terpopuler